Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia telah menandatangani 11 memorandum of understanding (MoU) dengan pemerintah Arab Saudi. MoU tersebut diteken saat Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud mengunjungi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor. Dari 11 MoU itu, salah satunya menyangkut perdagangan.
Apa isi kesepakatan di sektor perdagangan antara Indonesia dengan Arab Saudi?
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, secara garis besar MoU itu berisi peningkatan kerja sama dagang kedua belah pihak. Kedua negara sepakat membuat studi bersama kerja sama sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing negara.
Advertisement
"Itu secara garis besar, kita berdua bersama meningkatkan kerja sama. Lalu kedua sudah diangkat pada tingkat Kepala Negara Pak Presiden bersama Sri Baginda untuk kita sepakat membuat joint study sebagai tahap awal preferential trade agreement (PTA) atau free trade agreement (FTA)," tutur dia di Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Baca Juga
Enggar mengatakan, MoU yang diteken kemarin ialah tahap awal. Jadi, belum ada target nilai bisnis dari MoU tersebut. "Belum, tidak secara spesifik, dari kami secara garis besar menjadi payungnya dulu aja," ujar dia.
Sementara, dia mengatakan Indonesia memiliki potensi ekspor lebih besar ke Arab Saudi. Di antaranya di sektor otomotif.
"Semuanya, banyak mulai minyak sawit, otomotif. Kita lebih mendorong yang punya nilai tambah. Kita dorong itu, secara keseluruhan dari kekosongan akan kita isi. Kita akan tingkatkan," tandas dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roslani menjelaskan, banyak potensi yang bisa dijadikan investasi bagi para pengusaha Arab Saudi di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan tinggi di antara negara lain anggota G-20.
"Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia. Ekonomi Indonesia juga tumbuh stabil di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil, ini bisa menjadi kesempatan," kata Rosan di Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Rosan menambahkan, pemerintah Indonesia terus melalukan deregulasi dengan menerbitkan berbagai paket kebijakan. Alhasil saat ini Ease of Doing Business Indonesia naik menjadi peringkat ke-91.
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengundang para investor asing untuk bisa bekerjasama dengan para pengusaha di Indonesia.
"Banyak peluang yang bisa kita kerja sama dengan Arab Saudi di beberapa sektor, seperti halnya infrastruktur, industri manufaktur, pariwisata, pembangkit listrik dan energi baru terbarukan," papar Rosan. (Amd/Gdn)