Nilai Harta Karun di Bawah Laut RI Dapat Capai Rp 110 Triliun

Berdasarkan estimasi badan riset KKP ada 463 titik lokasi barang muatan kapal tenggelam (BMKT) di perairan Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Mar 2017, 22:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2017, 22:00 WIB
Harta karun dari kapal karam Belitung akan dipamerkan di New York
Harta karun dari kapal karam Belitung akan dipamerkan di New York (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menaksir setiap lokasi Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) atau harta karun yang terpendam di laut Indonesia bernilai sekitar US$ 80 ribu -US$ 18 juta atau sekitar Rp 1,06 miliar-Rp 240,41 miliar (asumsi kurs Rp 13.356 per dolar Amerika Serikat). Sementara titik lokasi BMKT yang sudah teridentifikasi mencapai 463 titik.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP, Brahmantya Satyamurti mengungkapkan, berdasarkan estimasi Badan Riset KKP pada 2000, ada 463 titik lokasi BMKT atau harta karun di perairan Indonesia. Lokasinya tersebar di sebagian besar perairan Kepulauan Riau, Selat Karimata, Perairan Bangka Belitung, Laut Jawa.

Sebaran kapal tenggelam tersebut umumnya membawa komoditas dan barang dari China, Asia Barat, Eropa diantaranya Belanda, Inggris, dan Spanyol.

"Dari sisi ekonomi, setiap lokasi BMKT dapat bernilai antara US$ 80 ribu sampai US$ 18 juta," kata Brahmantya di kantornya, Jakarta, Senin malam (13/3/2017).

Apabila dihitung dengan nilai ekonomi tertinggi, yakni US$ 18 juta kemudian dikalikan dengan 463 titik, maka harta karun yang terpendam di perut laut Indonesia memiliki nilai US$ 8,33 miliar. Jika dikonversi dengan kurs rupiah 13.300 per dolar AS, nilai tersebut mencapai Rp 110,79 triliun.

"Jika dimanfaatkan untuk mendukung pariwisata dapat menghasilkan US$ 800 sampai US$ 126 ribu per bulan per lokasi," Brahmantya menjelaskan.

Nilai ekonomis dan kontribusi ke industri pariwisata yang cukup besar dari harta karun atau BMKT tersebut, diakui Brahmantya yang mendasari pemerintah utuk mengelola BMKT dan tidak ingin menyerahkannya ke pihak lain. "Karena BMKT adalah milik bangsa dan identitas kita sebagai negara maritim," ujar dia.

Brahmantya menuturkan, pemerintah memiliki sebuah gudang BMKT atau harta karun yang menampung lebih dari 200 ribu koleksi dari abad 9 sampai 18 Masehi. Selama ini, Ia mengatakan akses masyarakat untuk melongok BMKT tersebut dibatasi karena alasan keamanan.

"Kita membuat galeri atau museum di Gedung Mina Bahari IV KKP supaya BMKT lebih dekat kepada masyarakat," ujar dia.

Ada lebih dari 1.500 keping BMKT atau kurang dari 1 persen dari jumlah BMKT yang  dipajang di museum tersebut. Galeri ini memamerkan harta karun jenis langka, seperti vas Liao dari abad ke-10 dan botol hijau dari Dinasti Fatimiyah, hingga produk massal seperti mangkuk.

"Nantinya museum ini akan kita buka untuk umum," tutur Brahmantya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya