Mendag Enggar Puji Edamame Jember yang Mampu Go International

Selain edamame, Kemendag bersama Bupati Jember sepakat untuk membuat daftar produk lain yang siap untuk diekspor.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Mar 2017, 15:45 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 15:45 WIB
Selain edamame, Kemendag bersama Bupati Jember sepakat untuk membuat daftar produk lain yang siap untuk diekspor.
Selain edamame, Kemendag bersama Bupati Jember sepakat untuk membuat daftar produk lain yang siap untuk diekspor.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), menyapa beberapa para pengusaha skala Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menghasilkan produk-produk unggulan dalam rangka meningkatkan ekspor. Salah satunya edamame atau kacang kedelai yang sudah melanglang buana ke Jepang hingga Amerika Serikat (AS).

Dari pantauan Liputan6.com, Jember, Kamis (16/3/2017), Enggartiasto atau yang akrab disapa Enggar ini didampingi sang istri, Peggy Lukita, dan Bupati Jember, Faida. Perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember juga mengajak pelaku UMKM berdialog.

Enggar beserta rombongan pertama mengunjungi stan PT Mitratani Dua Tujuh, anak usaha PT ‎Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Perusahaan membina para pelaku UMKM yang membuat produk olahan dari bahan baku edamame atau kacang kedelai, seperti minuman, kacang kering, kudapan sampai cokelat.

Mendag Enggar langsung berdialog dengan Asdiv Marketing Mitratani Dua Tujuh, Heny Purwaningsi‎. Dalam perbincangannya, Enggar bertanya soal ekspor edamame yang diserap dari petani Jember. "Diekspor ke mana saja edamame ini?" tanya Enggar sambil menjajal rasa edamame yang sudah dikeringkan.

Heny langsung sigap menjawab. "Kami sudah ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, dan negara lain," ucapnya.

Kemudian Enggar langsung bertanya kembali mengenai produksi edamame dan hambatan dalam menjalankan bisnis. Heny pun menjawab secara lebih jelas bahwa produksinya sekitar 7.000 ton per tahun. Sebagian besar produksi edamame tersebut untuk pasar ekspor ke seluruh dunia.

"Hambatannya kapasitas pabrik sudah full, pemasaran via bidding online. Tidak ada modal kan anak usaha PTPN X, setengah badan usaha milik negara (BUMN)," ucap Heny.

Merespons penyataan Heny, Enggar dengan serius mengatakan, "Kalau saya swasta, sekarang juga saya carikan duitnya," kata Enggar.

Enggar pun juga mencicipi produk turunan yang diolah dari edamame, seperti kue, kacang edamame yang dikeringkan oleh UMKM binaan Mitratani. Pengusaha UMKM tersebut mengeluhkan harga jual edamame yang cukup mahal ‎dari Mitratani, termasuk izin untuk mendapatkan sertifikat halal.

"Susah sekali dapat izin buat sertifikat halal, termasuk mahal beli edamamenya," ucapnya singkat.

Enggar langsung berpesan kepada Direktur Mitratani, Wasis Pramono agar tidak mengambil untung terlalu besar kepada UMKM. "Jangan mahal-mahal, untungnya kebesaran nih. Dan untuk masalah perizinan nanti Ibu Bupati yang akan menyelesaikan karena kita mau juga produk UMKM diterima di retail modern," kata dia.

Mendag Enggartiasto mencicip produk turunan yang diolah dari edamame di Jember, Jawa Timur. (Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Tak hanya stan edamame yang mencuri perhatian, Enggar beserta rombongan juga melihat dari dekat satu per satu UMKM binaan Disperindag dan pemerintah kabupaten. Produk unggulan Jember lainnya, seperti kopi, cokelat, dan beras organik pun didorong karena memiliki potensi ekspor besar.

"Saya surprise, menarik sekali dengan edamame dan produk olahannya, kopi, kakao yang menjadi komoditi unggulan karena hampir persaingannya tidak ada di dunia. Potensial juga diekspor ke Afrika, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka dan Timur Tengah," ujar Enggar.

Menurut dia, Kemendag bersama Bupati Jember sudah sepakat membuat daftar produk mana saja yang sudah siap untuk diekspor. Pemerintah akan membantu terkait kemasan produk sampai membuka pasar di negara-negara tersebut.

"Yang sudah siap kita dorong untuk ekspor, yang belum kita bina supaya berkembang. Tapi bagi yang sudah siap ekspor diminta komitmen terhadap produksi maupun kualitasnya, karena permintaan Pakistan, India, Afrika, terhadap produk itu tinggi," tandas Enggar. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya