Liputan6.com, Jakarta - Mata uang rupiah menekuk tiga mata uang negara lain, yakni dolar Amerika Serikat (AS), dolar Australia, dan euro di pekan kedua April 2017. Sedangkan terhadap yen Jepang, mata uang Garuda tercatat melemah di periode yang sama.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah di pekan kedua bulan keempat ini terpantau menguat dibandingkan pekan keempat Maret 2017 di level Rp 13.307,64.
"Penguatan rupiah di pekan kedua April 2017 terhadap pekan keempat Maret 2017 sebesar 0,19 persen atau 25,76 poin ke level Rp 13.282,08 terhadap dolar AS," kata dia saat rilis Neraca Perdagangan Maret di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2017).
Advertisement
Baca Juga
Di periode yang sama, lanjut Kecuk, nilai tukar rupiah perkasa sebanyak 228,36 poin atau 2,24 persen di level 9.953,45 terhadap mata uang dolar Australia dibanding realisasi pekan keempat Maret 2017 di level Rp 10.181,81.
Laju mata uang euro pun pada periode tersebut kalah telak dari rupiah. Rupiah menguat signifikan 1,85 persen atau 265,55 poin ke level Rp 14.101,52. Sedangkan posisi akhir Maret lalu, rupiah di level 14.367,07 per Euro.
"Tapi dengan yen Jepang, rupiah melemah sebanyak 1,21 persen atau 1,44 poin ke level Rp 120,29 dibanding minggu keempat Maret lalu di level Rp 118,85 per Yen," Kecuk menerangkan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan penguatan kurs rupiah atas tiga mata uang dolar AS, dolar Australia, dan yen Jepang ditopang kenaikan signifikan kinerja ekspor Indonesia di periode Maret 2017 sebesar 23,55 persen menjadi US$ 14,59 miliar dari periode yang sama 2016 sebesar US$ 11,81 miliar.
"Ekspor yang naik 23,55 persen itu sangat spektakuler lho sehingga memberikan penguatan terhadap rupiah. Negara lain yang impor ke kita berarti butuh rupiah lebih banyak 20 persen dibanding sebelumnya, jadi rupiah menguat," jelas Sasmito.
Sementara pelemahan kurs rupiah terhadap Yen, Sasmito mengakui lantaran terpengaruh proses pemulihan ekonomi Jepang.
"Ekonomi Jepang lagi recovery, nah itu prosesnya stagnan (permintaan turun) sehingga memberikan dampak ke kurs rupiah. Kalau sudah settle, merasa percaya diri dengan ekonominya, baru bisa membantu penguatan rupiah," ujar dia.