Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Fokus pelaku pasar ke depan adalah situasi politik jelang Pilkada Jakarta putaran kedua.
Mengutip Bloomberg, Senin (20/3/2017), rupiah dibuka di angka 13.341 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.345 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.312 per dolar AS hingga 13.344 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,13 persen.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.329 per dolar AS. Patokan tersebut menguat jika dibandingkan dengan Jumat lalu yang ada di angka 13.342 per dolar AS.
Dolar AS memang tertekan sejak Jumat pekan lalu sehingga mendorong penguatan mata uang di Asia termasuk rupiah. Pelemahan mingguan dolar AS pada pekan lalu merupakan terbesar sejak Juli tahun lalu.
Pelemahan dolar AS tersebut setelah University of Michigan megeluarkan hasil survei yang menyatakan bahwa angka inflasi AS dalam jangka panjang akan jatuh.
Selain itu, kejatuhan dari dolar AS tersebut juga disebabkan karena runtuhnya ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga lebih agresif dari perkiraan awal.
"Di luar itu, risiko geopolitik di Eropa juga bukan menjadi pertanda baik bagi dolar AS," ejlas analis Morgan Stanley, Hans Redeker. "Kami sebenarnya berharap dolar AS bisa bertahan," tambah dia.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, penguatan rupiah karena ada aliran dana asing ke Surat Utang Negara (SUN) dan bursa saham.
"Fokus pelaku pasar perlahan beralih ke situasi pilkada Jakarta putaran II dengan sentimen positif dari harapan kenaikan peringkat S&P yang masih kuat," jelas dia. Rupiah diperkirakan masih stabil dengan tendensi penguatan. (Gdn/Ndw)