Rupiah Bisa Perkasa, Ini Syaratnya

Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah ke level Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat (AS) di 2017,

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Apr 2017, 19:12 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2017, 19:12 WIB
Rupiah Menguat 12 Poin atas Dolar
Teller menunjukan mata uang dolar AS di penukaran mata uang, Jakarta, Kamis (13/4). Nilai tukar rupiah terpantau menguat 0,09% atau 12 poin ke Rp13.263 per dolar AS di pasar spot. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah ke level Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat (AS) di 2017, dari target sebesar Rp 13.300 di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini. Mata uang Garuda bahkan diramal makin melorot ke kisaran Rp 13.700 per dolar AS di 2018.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo optimistis nilai tukar rupiah di tahun ini dan tahun depan tetap stabil, mencerminkan fundamentalnya. Sayangnya BI tidak memprediksi kurs rupiah.

"Tidak lah (rupiah melemah), risiko kan ada tapi kan lihat fundamentalnya. Nilai tukar itu cenderung selisih inflasi. Inflasi kita lebih tinggi dari inflasi mitra dagang, maka di situlah harus terjadi perubahan kurs. Kalau inflasi kita di atas mereka, rupiah harus melemah," katanya di Jakarta, seperti ditulis Jumat (14/4/2017).

Lanjut Dody, nilai tukar rupiah bakal bergerak menguat apabila respons pasar positif terhadap Indonesia. Salah satunya dengan hasil afirmasi peringkat utang Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P) menjadi layak investasi atau Investment Grade pada Mei ini.

"Kalau pasarnya positif, misalnya dari rating S&P positif ke kita, maka akan ada inflow besar dan nett-nya menguat (rupiah) walaupun fundamentalnya melemah," Dody menegaskan.

Menurutnya, S&P sudah semestinya menaikkan rating Indonesia menjadi Investment Grade. Dengan begitu, aliran modal yang masuk ke Indonesia akan semakin deras.

"Indonesia masih dipandang daring oleh investor. Tanpa itu (S&P menaikkan rating), investor sangat tertarik investasi di Indonesia, tapi dengan itu akan menambah lebih besar lagi," dia menjelaskan.

Dirinya mengungkapkan, investor Jepang sangat menantikan S&P mendongkrak peringkat Indonesia menjadi layak investasi. Begitu lembaga pemeringkat tersebut menaikkan rating Indonesia, lanjut Dody, investor Jepang akan langsung menyerbu berinvestasi di Tanah Air.

"Di kawasan pasti banyak, investor Jepang misalnya nunggu kita dicap investment grade dari S&P, begitu naik, dananya bisa masuk ke sini. Siapa yang memberikan return bagus di negara kawasan selain Indonesia? Tentunya dengan fundamental yang bagus ya, karena ini kan menentukan kemampuan bayar kita," Dody menuturkan.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan outlook kurs rupiah13.500 per dolar AS di akhir 2017. Proyeksi ini melorot dari target APBN 2017 di level Rp 13.300 per dolar AS. Sedangkan proyeksi untuk tahun depan berada pada rentang Rp 13.600-Rp 13.900 per dolar AS.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro bahkan memperkirakan rata-rata kurs rupiah akan berada di level Rp 13.700 per dolar AS di 2018.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya