Atasi Gejolak Harga, Mentan Tambah Luas Tanam Jengkol 5.000 Ha

Menteri Pertanian Amran Sulaiman akan mencari cara agar harga jengkol tidak kembali bergejolak

oleh Septian Deny diperbarui 05 Jun 2017, 12:24 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 12:24 WIB
Harga Jengkol di Bengkulu Melonjak 100 Persen Usai Idul Adha
Jengkol menjadi favorit warga Bengkulu untuk dicampur dengan daging. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Amran Sulaiman akan mencari cara agar harga jengkol tidak kembali bergejolak. Salah satunya dengan menambah luas lahan tanaman yang khas dengan baunya tersebut.

Amran mengatakan, pihaknya tengah mewacanakan penambahan luas lahan tanam jengkol sebesar 5.000 hektar (ha). Dengan adanya penambahan ini, diharapkan lebih banyak pasokan jengkol ke pasaran.

"Sudah selesai. Tahu nggak, begitu kita tanam 5.000 hektar itu mabuk kita (jengkol melimpah)," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (5/6/2017).

Menurut Amran, pihaknya menargetkan permasalahan jengkol tersebut bisa selesai pada tahun ini. Selain itu, dia juga‎ berharap harga jengkol bisa segera turun.

"Ditulis saja dulu harga stabil, biar tekanan darah saya stabil. Insya Allah selesai di tahun ini," tandas dia.

Diberitakan sebelumnya, meroketnya harga jengkol membuat pedagang sayuran enggan menjual komoditas yang khas dengan baunya tersebut. Saat ini jengkol masih berada di kisaran Rp 90 ribu per kg.

Cahyani (41) salah satu pedagang sayuran di Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengatakan, kenaikan harga jengkol hingga mencapai Rp 90 ribu ini sebenarnya sudah terjadi sejak lebih dari 1 bulan lalu. Jika normalnya Rp 35 ribu per kg, dalam 1 bulan terakhir harga komoditas tersebut terus naik hingga akhirnya menyentuh angka Rp 90 ribu per kg.

"Biasanya sih cuma Rp 35 ribu. Tapi kemarin-kemarin naik terus, jadi Rp 50 ribu, terus Rp 70 ribu. Sekarang sudah Rp 90 ribu," ujar dia.

Dia menyatakan, kenaikan harga tersebut lantaran kurangnya pasokan mengingat jengkol merupakan komoditas musiman. Namun demikian, lanjut Cahyani, bukan sekali ini saja harga jengkol melambung tinggi.

"Ini kan musiman, jadi kalau lagi nggak musim biasanya harga tinggi. Soalnya kan yang masuk ke sini sedikit. Ini juga bukan yang pertama naik tinggi, sebelumnya juga pernah sampai segini juga harganya," kata dia.

Lantaran harga yang tinggi dan minimnya pasokan, Cahyani mengaku memilih untuk tidak menjual jengkol untuk sementara waktu. Selain itu, menurut dia, pada Ramadan ini penjualan jengkol sedikit berkurang karena konsumsi rumah tangga yang menurun.

"Kalau sekarang saya lagi nggak jual, barangnya lagi susah. Yang beli juga sedikit kalau puasa seperti ini, mungkin karena orang nggak mau baunya pas puasa," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya