Ekonomi RI Membaik, Minat Investor Global Meningkat

Pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai insentif untuk menarik minat investor global.

oleh Nurmayanti diperbarui 14 Jun 2017, 16:30 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2017, 16:30 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta Minat investor global menempatkan dana di berbagai sektor terus meningkat seiring perbaikan perekonomian nasional. Apalagi, Indonesia kini menyandang peringkat layak investasi (investment grade) versi Standard & Poor’s dan terus mendorong percepatan berbagai proyek strategis.

Kepala Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Wahyu Utomo mengatakan saat ini Indonesia tengah menyiapkan 245 proyek strategis dengan kajian yang lebih detail sebagai modal untuk
ditawarkan kepada investor. Kajian tersebut dibuat agar investor tertarik berinvestasi, terutama di bidang infrastruktur.

“Kami masih menyiapkan proyek-proyek tersebut agar kajiannya lebih detail dan clear mulai dari risiko-risiko apa yang akan dihadapi investor, menjualnya dengan baik, berapa lama investor mendapatkan pengembalian dana yang telah dikeluarkan dan kembali (modal),” kata
Wahyu di Jakarta, Rabu (14/6/2017).

Selain itu, pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai insentif untuk menarik minat investor global. “Kajian proyek strategis yang lebih mendalam akan mendorong investasi di berbagai sektor untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur,” jelas Wahyu.

Proyek strategis yang sudah matang juga akan ditawarkan dalam Indonesia Investment Week di Singapura pada 13-15 Juli 2017. Menurut Wahyu, pemerintah menyiapkan akses yang baik mulai dari pelabuhan, bandara hingga jalan tol agar investor lebih percaya. Akses terintegrasi itu diharapkan dapat menjadi tawaran menarik bagi investor saat pekan investasi tersebut.

Meski masih dalam kajian lanjutan, investor merespons positif berbagai rencana pemerintah tersebut. Perkembangan infrastruktur yang agresif turut mendorong minat investor domestik maupun global mengembangkan berbagai kawasan baru dalam bentuk kota industri.

Dari dalam negeri, beberapa investor seperti Sinar Mas Group, Lippo Group, Ciputra Group telah menyatakan minatnya mengembangkan berbagai kawasan baru. Dari investor global, terdapat CFLD Indonesia, bagian dari CFLD International yang menunjukan minat dan komitmen jangka panjang mengembangkan kota industri baru di Indonesia.

CFLD International merupakan perusahaan berbasis di Singapura yang fokus mengembangkan kota industri dengan menggandeng berbagai mitra strategis global dan lokal. Ada pula Japan International Corporation Agency (JICA) dan Tasweek Real Estate Development dari Uni Emirat Arab.

“Presiden Joko Widodo saat ke China, Eropa dan negara lain pun selalu menawarkan semua negara melakukan investasi di Indonesia, pemerintah terbuka bagi negara siapa saja yang tertarik,” ungkap Wahyu.

Berbeda dan lebih luas dari kawasan industri yang sudah dikenal masyarakat, konsep kota industri kini mulai digaungkan pemerintah. Kota Industri merupakan konsep kota yang mengintegrasikan kawasan industri, hunian dan komersial dengan konsentrasi kegiatan penduduk
yang tinggi dengan konektivitas yang baik dengan daerah sekitarnya.

Seluruh aktivitas diharapkan mampu menciptakan efek pengganda (multiplier effect) dan pengaruh pengumpulan kekuatan (polarisasi) lokal yang sangat besar.

Menurut Wahyu, proyek-proyek infrastruktur yang terintegrasi dan memadai seperti kota industri dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah yang diharapkan menciptakan lapangan kerja dan menekan ketimpangan ekonomi.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan sepanjang kuartal I 2017, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen. Namun, pertumbuhan itu dinilai belum merata. Salah satu bukti adalah penyerapan tenaga kerja yang turun
drastis.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat, penyerapan tenaga kerja kuartal I 2017 hanya 194.134 orang, anjlok 68,5 persen dibandingkan kuartal I 2016 sebesar 327.170 orang (year on year).

Kondisi ini berimbas terhadap ketimpangan pendapatan masyarakat dan kemiskinan. Akibatnya, meski dalam tren menurun, rasio gini Indonesia yang mengukur tingkat ketimpangan pendapatan, masih tinggi yakni di
level 0,39.

Sebelumnya Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Bidang Industri Johnny Darmawan mengungkapkan pemerintah harus mendukung penuh jika ada investor global yang ingin mengembangkan kota-kota industri baru yang mengintegrasikan pembangunan ekonomi dan sosial.

Kota industri baru bisa dikembangkan secara holistik, berwawasan lingkungan, serta mempertimbangkan potensi lokal untuk pengembangan komersial, area residensial, konekitivitas infrastruktur transportasi, perbaikan berkelanjutan, dan penerapan teknologi.

Simak video menarik berikut ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya