Stok Berlimpah, Impor Ikan Turun Drastis

Dalam dua tahun terakhir ini, konsumsi ikan nasional mencetak rekor tertinggi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Jun 2017, 14:15 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2017, 14:15 WIB
2016324-Pelelangan-Ikan-Muara-Angke-Jakarta-FF
Ikan yang telah dibekukan dilelang di pelelangan ikan Muara Angke, Jakarta, Kamis (24/3). Pada 2015 secara total Indonesia telah memanfaatkan potensi ekonomi sektor kelautan sekira Rp350 triliun. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengklaim impor ikan Indonesia dari negara lain anjlok sampai dengan lebih dari 70 persen pada tahun lalu. Kondisi ini terjadi lantaran stok ikan dalam negeri berlimpah berkat kebijakan pemberantasan pencurian atau maling ikan, dan kebijakan lainnya.

"Impor ikan turun jauh di atas 70 persen. Dari kuota yang diberikan, hanya 20 persen lebih sedikit yang terpakai," kata Susi saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Jumat (16/6/2017).

Padahal, sambungnya, konsumsi ikan nasional masyarakat Indonesia tercatat mengalami peningkatan dari 36 kilogram (kg) per kapita per tahun menjadi 43 kg per kapita per tahun di tahun lalu. Itu artinya, ada kenaikan 7 kg per kapita per tahun dalam satu tahun terakhir.

"Jadi dalam dua tahun terakhir ini, konsumsi ikan nasional mencetak rekor tertinggi. Kalau 7 kg dikalikan 250 juta, maka menjadi 1,75 juta ton. Jika dikalikan US$ 1, maka nilai sudah US$ 1,75 juta. Ini adalah nilai usaha industri yang luar biasa yang dikonsumsi masyarakat kita," tutur Susi Pudjiastuti.

Pemerintah, katanya, menargetkan peningkatan konsumsi ikan masyarakat Indonesia menjadi 50 kg per kapita per tahun pada 2019, sehingga membutuhkan stok ikan lebih banyak untuk dalam negeri yang mencapai 750 ribu ton.

"Tidak masalah, karena stok ikan kita naik dari 9,93 juta di tahun lalu menjadi 12,54 juta ton di 2017. Ada recovery kenaikan ikan yang boleh ditangkap secara berkelanjutan hampir 100 persen," ucap Menteri Susi.

Pencapaian lainnya, kata Susi, ekspor ikan mengalami kenaikan dan nilai tukar nelayan masih tinggi di atas 110, meskipun harga-harga kebutuhan pokok dan biaya hidup naik. Begitupun dengan Nilai Tukar Usaha Perikanan (NTUP) yang meningkat tinggi.

"Dari data-data ini, kita tidak punya kekhawatiran, karena kinerja perikanan masih sangat baik," tukas Susi Pudjiastuti.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya