Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia naik di tengah peningkatan aktivitas pengeboran milik Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian pengurangan produksi di Nigeria dan Libya yang mengurangi prospek pasokan minyak di masa depan.
Melansir laman Reuters, Selasa (11/7/2017), harga minyak mentah berjangka AS naik 17 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 44,40 per barel. Sementara minyak mentah berjangka Brent naik 17 sen atau 0,36 persen ke US$ 46,88 per barel.
"Pasar rapuh pada setiap langkah OPEC," kata James Williams, presiden perusahaan konsultan energi WTRG Economics di London, Arkansas.
Baca Juga
Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa anggota non-OPEC pada Mei, memang setuju untuk mengurangi produksi minyaknya hingga Maret 2018. Namun langkah itu gagal untuk menurunkan membanjirnya pasokan minyak mentah global.
Beberapa menteri kunci anggota OPEC rencananya akan bertemu dengan pejabat non OPEC Rusia pada 24 Juli di St. Petersburg, Rusia, untuk membahas kondisi pasar minyak.
Nigeria dan Libya telah diundang untuk pertemuan tersebut, dengan kemungkinan produksi mereka bisa dibatasi lebih awal dari November.
Advertisement
Namun menteri minyak Nigeria tidak bisa menghadiri pertemuan OPEC karena komitmen sebelumnya, ujar Menteri Perminyakan Kuwait Essam al-Marzouq.
Libya dikatakan siap untuk melakukan pembicaraan tetapi meminta ada pertimbangan terkait situasi ekonomi dan kemanusiaan politik di negaranya yang harus masuk dalam pembicaraan.
Sementara itu, CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pada sebuah konferensi di Istanbul jika dirinya berpikir dunia sedang menuju kekurangan pasokan global.
"Volume minyak konvensional ditemukan di seluruh dunia selama empat tahun terakhir memiliki lebih dari setengahnya dibandingkan sebelumnya," kata Nasser.
Namun produksi minyak AS terus tumbuh, meningkat lebih dari 10 persen sejak pertengahan 2016. Perusahaan AS tercatat menambahkan tujuh rig pengeboran minyak pekan lalu.
Tonton video menarik berikut ini: