Liputan6.com, New York - Harga minyak catatkan pelemahan terbesar dalam sebulan. Hal itu seiring laporan ekspor bulanan meningkat dari OPEC.
Harga minyakWest Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun US$ 1,94 atau 4,1 persen ke level US$ 45,13 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan ini pertama kali dalam 9 sesi perdagangan.
Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman September melemah US$ ,182 atau 3,7 persen ke level US$ 47,79 per barel. Penurunan harga minyak itu terbesar seiring dolar Amerika Serikat yang menguat.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak berjangka diperdagangkan dalam rentang harga ketat pada awal sesi. Akan tetapi turun tajam usai Bloomberg melaporkan kalau Rusia menentang pembahasan lebih lanjut mengenai pasokan minyak yang sudah disepakati.
Sebelumnya the Organization of the Petroleum Exporting Countires (OPEC) dan negara produsen minyak lainnya termasuk Rusia memperpanjang kesepakatan untuk memangkas produksi menjadi kuartal I 2018.
"Harga minyak reli dalam delapan hari, membuat pasar fokus terhadap sentimen berita yang ada. Hal itu termasuk kenaikan produksi minyak OPEC lantaran Libya dan Nigeria dikecualikan dalam kesepakatan itu," ujar Ole Hansen, Kepala Analis Saxo Bank seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (6/7/2017).
Usai harga minyak turun pada Juni mendorong spekulasi kalau produsen minyak utama dapat memperpanjang kesepakatan lebih jauh untuk memangkas produksi. Akan tetapi, berdasarkan laporan kalau pejabat pemerintah Rusia menilai pemangkasan pasokan dapat memberi pesan salah ke pasar dan menyarankan agar kesepakatan saat ini tidak cukup dilakukan.
Sementara itu, Reuters melaporkan ekspor minyak OPEC naik 450 ribu barel per hari menjadi 25,92 juta barel per hari pada Juni.
Pasokan minyak sudah dipangkas dalam enam bulan telah menunjukkan tanda-tanda awal penyeimbangan harga pada kuartal II. Diperkirakan meningkat lebih jauh lagi pada semester II 2017.
Fatih Birol, Direktur the International Energy Agency memperingatkan kalau kenaikan produksi minyak di antara produsen utama OPEC yaitu Libya dan Nigeria yang dibebaskan dari perjanjian dapat menganggu upaya atasi kelebihan pasokan global.
Sentimen lainnya yang dilihat pelaku pasar yaitu pasokan dan produksi minyak mingguan Amerika Serikat. Dikabarkan the American Petroleum Institute melaporkan penurunan pasokan minyak AS sekitar 5,8 juta barel. Harga minyak pun sempat naik ke level US$ 45,50 per barel dalam perdagangan elektronik.
Â
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â
Â