Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) mencatat pencapaian laba bersih pada semester I tahun 2017 sebesar Rp 2,3 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding laba pada periode yang sama tahun lalu.
"Sedangkan untuk‎ laba operasinya pada semester 1 2017 sebesar Rp 17,6 triliun, naik sebesar Rp 2,0 triliun atau meningkat 12,84 persen dibanding periode Juni 2016," kata Direktur Keuangan PLN Sarwono ‎di Jakarta, Jumat (28/7/2017).
Sarwono mengungkapkan, turunnya laba bersih tersebut disebabkan beberapa hal yang bersifat insidental, yaitu meningkatnya beban lain-lain di luar operasi yang bersumber dari beban tahun 2013 sebesar Rp 3,1 triliun, serta berkurangnya pendapatan selisih kurs sebesar Rp 2,1 triliun.
Untuk Earning Before Interest, Tax, Depreciation & Amortisation (EBITDA) PLN pada semester IÂ 2017 sebesar Rp 32,82 triliun, naik sebesar Rp 2,3 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 30,42 triliun. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan PLN dalam berinvestasi dengan dana internal dan kemampuan untuk mengembalikan pinjaman.
Seiring dengan meningkatnya produksi listrik, beban usaha perusahaan naik sebesar Rp 9,2 triliun atau 7,65 persen menjadi Rp 128,9 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 119,7 triliun.
Beban usaha yang mengalami kenaikan terbesar adalah beban pembelian tenaga listrik yang mengalami kenaikan sebesar Rp 6,7 triliun atau 24 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, sehingga menjadi Rp 34,6 triliun.
Selain itu, beban bahan bakar juga meningkat sebesar Rp3,2 triliun dari Rp52,0 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp55,3 triliun pada Juni 2017.
Penyebab utama kenaikan beban pembelian tenaga listrik dan beban bahan bakar ini adalah naiknya harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) sebesar 35,22 persen, kenaikan ICP tersebut mendorong kenaikan harga BBM. Selain itu, naiknya rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) sebesar 58,61 persen yang mendorong kenaikan harga Batubara.
Saksikan video menarik berikut ini:
Â
Advertisement