Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Jadi Pengingat bagi Pemerintah

Pengusaha mengakui pertumbuhan ekonomi yang masih berada di atas 5% merupakan capaian yang baik di tengah kelesuan ekonomi negara lain.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Agu 2017, 19:21 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2017, 19:21 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen di kuartal II 2017 menjadi peringatan bagi pemerintah. Sebab dikhawatirkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan dan tidak mampu mencapai target sebesar 5,2 persen pada tahun ini.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengakui, pertumbuhan ekonomi yang masih berada di atas 5 persen merupakan capaian yang baik di tengah kelesuan ekonomi yang terjadi di negara lain.

Namun dia menilai, hal tersebut bukan berarti ekonomi Indonesia dalam kondisi yang optimal. Terlebih dengan target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah.

"Kalau pertumbuhan ekonomi masih 5 persen masih spektakuler. Tapi kalau mau kejar 5,2 persen, ini warning supaya apa yang diinstrumen mereka ada (dimaksimalkan)," ujar dia di kawasan Harmoni, Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menyatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dan kuartal II belum sesuai harapan.

Pertumbuhan ekonomi di kuartal II, salah satunya akibat terlambatnya pencairan tunjangan hari raya dan gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS).

"Setelah melihat data, yang tepat ini stabil. Tahun lalu 5,02 persen, kuartal I 5,01 persen, kuartal II 5,01 persen. Kita harapkan meningkat tapi stabil. Jadi kita lihat ada beberapa hal yang tidak perlu terjadi terutama di THR dan gaji ke-13 PNS. PNS yang jumlahnya banyak ini telat, baru cair dekat lebaran. Kita harapkan tadinya pertumbuhan konsumsi bisa 5 persen, tapi tidak sampai," jelas dia.

Menurut Berly, pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan kuartal IV tahun ini bisa lebih baik. Namun, pemerintah harus mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga yang merupakan penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi.

"Kita bisa lebih optimis di kuartal III, asal tidak ada kegaduhan.‎ ‎Kalau sektor swasta kontribusinya 32 persen, tapi 55 persen dari konsumsi rumah tangga. Ini harus didorong kalau mau pertumbuhan kita rebound. ‎Pemerintah sudah siapkan paket (kebijakan ekonomi) untuk swasta, tapi rumah tangga kok belum," tandas dia.

Bank Indonesia (BI) mengakui, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2017 yang sebesar 5,01 persen memang di bawah perkiraan. Namun demikian, angka itu akan kembali membaik di kuartal III 2017.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengungkapkan, perbaikan pertumbuhan ekonomi tersebut karena konsumsi rumah tangga yang tahun lalu ada di kuartal II, tapi tahun ini bergeser ke kuartal III. Salah satu faktor adalah tertundanya pembayaran gaji ke-13.

"Kami tetap melihat bahwa ekonomi Indonesia pada 2017 akan tumbuh di antara 5-5,4 persen. Dan kita lihat pada kuartal III dan kuartal IV akan tumbuh masing-masing 5,2 persen," tegas Agus di Gedung Bank Indonesia, hari ini.

Peningkatan konsumsi rumah tangga ini selain karena adanya pencairan gaji ke-13 yang sempat tertunda, juga karena penundaan kenaikan beberapa harga komoditas dasar masyarakat seperti gas LPG 3 kg.

Agus optimistis, inflasi juga tetap terkendali hingga akhir 2017 yang diperkirakan antara 3-5 persen. "Jadi Bank Indonesia tidak akan melakukan revisi, karena kita optimis semester 2 ini akan lebih baik," tegas dia.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya