Liputan6.com, Jakarta - Harga emas di pasar spot merosot lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa setelah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) Janet Yellen menyatakan akan melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga secara bertahap meskipun angka inflasi cukup lemah.
Mengutip Reuters, Rabu (27/9/2017), harga emas di pasar spot turun 1,13 persen ke level US$ 1.295,28 per ounce pada pukul 3 sore waktu London. Sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun 0,75 persen menjadi US$ 1.301,70 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
"Apa yang diungkapkan oleh Yellen tersebut bukan yang diharapkan oleh pelaku pasar," jelas managing director RBC Wealth Management, New York, AS, George Gero.
Harga emas sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga. Jika bunga naik maka emas harus bersaing dengan instrumen keuangan yang memiliki dua keuntungan yaitu kenaikan harga dan juga memberikan bunga.
Padahal sebenarnya pada perdagangan sebelumnya harga emas naik terdorong risiko geopolitik yang membuat pembelian safe haven melaju. Pada perdagangan sebelumnya harga emas naik karena meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho mengatakan Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan perang terhadap negaranya. Pyongyang berhak mengambil tindakan pencegahan, termasuk menembak pembom AS.
"Meningkatnya tekanan AS-Korea Utara akan menciptakan pergeseran aktiva. Orang akan keluar dari aset seperti S&P 500 dan masuk ke safe havens seperti emas, perak, " kata Phillip Streible, Broker Komoditas Senior RJO Futures di Chicago.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: