Per 1 November, Rp 8 Miliar Uang Receh di Tol Jasa Marga 'Hilang'

Operator tol menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dengan diberlakukannya program elektrifikasi di jalan tol.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Okt 2017, 19:15 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 19:15 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membayar tol Bawen-Salatiga menggunakan uang elektronik, Senin (25/9/2017). (Dok Kementerian PUPR)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membayar tol Bawen-Salatiga menggunakan uang elektronik, Senin (25/9/2017). (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta PT Jasa Marga (Persero) menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dengan diberlakukannya program elektrifikasi di jalan tol. Hal ini dikarenakan operasional Jasa Marga jalan tol lebih efisien.

Vice President Operation Management PT Jasa Marga Raddy R Lukman menjelaskan, salah satu poin yang efisien adalah Jasa Marga tak lagi menyediakan uang kembalian di gardu tol.

"Kebutuhan uang untuk kembalian Rp 8 miliar per hari. Itu uang receh yang kita butuhkan di semua ruas tol. Nontunai diberlakukan, itu akan hilang," kata Raddy di Galeri Nasional, Senin (30/10/2017).

Dalam pengadaan uang receh ini, dijelaskan Raddy, selama ini Jasa Marga harus bekerja sama dengan pihak perbankan. Belum lagi dalam pendistribusiannya membutuhkan tenaga.

Tidak hanya itu, dengan sudah tak lagi menggunakan cash dalam pembayaran maka seluruh pendapatan perusahaan akan langsung tercatat melalui data komputerisasi. Dengan demikian mengurangi resiko berkurangnya pendapatan.

Dengan sistem komputerisasi, maka keterbukaan pengelolaan juga lebih ditingkatkan. Data-data yang masuk bisa langsung tercatat di pembukuan perusahaan.

"Dengan begini kita juga tidak perlu lagi takut dengan uang palsu. Selama ini kita terkadang masih menemukan hal ini," tambahnya. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya