Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tampaknya tak pernah mengambil pusing soal anggapan orang terhadap dirinya. Termasuk soal pernyataan dari Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Natalius Pigai yang pernah menyebut jika orang bodoh juga bisa tenggelamkan kapal.
Susi mengatakan, sebenarnya apa yang dikerjakan, yaitu menenggelamkan kapal pencuri ikan hanya sebagai bentuk upaya untuk menyelesaikan kebodohan di masa lalu. Maksudnya adalah dengan membiarkan kapal asing pencuri ikan masuk dan mengambil ikan di perairan Indonesia.
"Karena negara merdeka dimasukin kapal asing puluhan ribu dibiarkan bertahun-tahun, itu kebodohan toh," ujar dia di Jakarta, Senin (30/10/2017).
Advertisement
Baca Juga
Oleh sebab itu, lanjut dia, untuk menyelesaikan masalah ini, diperlukan tindakan 'bodoh' pula. Salah satunya yaitu dengan menenggelamkan kapal pencuri ikan.
"Berarti memang penyelesaiannya juga diperlukan kebodohan. Penenggelaman kapal dianggap orang bodoh juga bisa. Mungkin memang diperlukan kebodohan untuk menyelesaikan persoalan yang begitu bodoh," kata dia.
Oleh sebab itu, dirinya merasa tidak memikirkan anggapan yang menyamakannya dengan orang bodoh yang juga bisa menenggelamkan kapal. Menurut Susi Pudjiastuti, yang paling penting yaitu bagaimana para pencuri tersebut bisa hilang dari perairan Indonesia.
"Seperti hal nya dengan orang gila, ya karena itu satu kegilaan negara merdeka membiarkan lautnya dicuri puluhan tahun maka diperlukan orang gila untuk menyelesaikan itu," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menteri Susi Kembali Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan di Natuna
Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama jajaran Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Ilegal atau Satgas 115 kembali melakukan pemusnahan barang bukti tindak pidana perikanan dengan menenggelamkan kapal perikanan pelaku illegal fishing.
Penenggelaman kapal yang telah dilakukan sejak tahun 2015 ini, menjadi bukti konsistensi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dan menjaga laut sebagai masa depan bangsa.
Sebanyak 17 kapal secara simbolis ditenggelamkan di perairan Natuna (10 kapal) dan Tarempa (7 kapal) hari Minggu 29 Oktober dan dikomandoi langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti selaku komandan Satgas 115 dari Kapal Pengawas Perikanan Orca 2 di perairan Selat Lampa, Kabupaten Natuna.
“Ini adalah bukti dan persembahan kita sebagai anak bangsa untuk menunjukkan bahwa kita konsisten, bahwa kita terus akan menjaga laut untuk masa depan bangsa kita”, tegas Menteri Susi seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin 30 Oktober 2017.
Direktur Operasi Satgas 115 Laksamana Pertama TNI AL Wahyudi Hendro Dwiyono dalam laporannya menjelaskan, penenggelaman dilakukan tanpa menggunakan bahan peledak atau pembakaran, melainkan dengan cara melubangi lambung kapal di bawah garis air dan diberikan pemberat.
Ia juga menekankan bahwa lokasi penenggelaman di Natuna berada pada posisi yang aman dan tidak mengganggu alur navigasi yaitu sekitar 6 Nautica Mile (NM) sebelah selatan dermaga Selat Lampa.
Selain itu, Wahyudi mengungkapkan, penenggelaman kapal pada periode kedua tahun 2017 ini secara keseluruhan berjumlah 88 kapal, terdiri dari 40 kapal sudah mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht) dan 48 kapal lainnya sudah mengantongi penetapan untuk dimusnahkan dari pengadilan negeri setempat.
Sementara itu, Menteri Susi dalam pidatonya juga menyampaikan, kedaulatan menjadi hal sangat penting dan patut dikuasai serta dimiliki bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, sudah saatnya Indonesia merefleksikan hasil ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya sesuai dengan potensi sumber daya laut yang dimiliki.
Namun, ironisnya menurut Menteri Susi, data sensus 2003-2013 menunjukkan penurunan jumlah Rumah Tangga Nelayan (RTN) hampir 50 persen, dan stok ikan juga menurun lebih dari 100 persen yang juga mengakibatkan Indonesia kehilangan 115 eksportir seafood selama kurun waktu tersebut.
"Hal itu menunjukkan bahwa laut telah lama tidak kita perhatikan dan telah lama tidak menjadi sumber kesejahteraan bangsa Indonesia," ujar dia.
Oleh karena itu, Menteri Susi menekankan, ke depan kondisi laut yang telah berdaulat ini harus terus diperbaiki dan harus dijadikan sebagai momentum kemenangan Indonesia untuk merebut kembali kedaulatan ekonomi kemaritiman. "Kita ingin sebagai negara merdeka selama 72 tahun untuk tetap bangga dan memiliki kedaulatannya," tegas dia.
Advertisement