Liputan6.com, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute of Development for Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi di Desember 2017 sebesar 0,65 persen. Sementara inflasi sepanjang 2017 diprediksi 3,52 persen.‎
Dia mengungkapkan, faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi di Desember 2017 adalah faktor musiman, yaitu naiknya permintaan libur panjang Natal dan tahun baru.
Selain itu, faktor hujan yang terus-menerus membuat harga beberapa kebutuhan pokok, seperti beras, naik 2,18 persen, telur ayam naik 15,4 persen, dan cabai rawit naik 35,6 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Ini berdasarkan data Pusat Harga Pangan Nasional. Akibatnya, inflasi pangan atau volatile food lebih tinggi dari bulan sebelumnya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Menurut dia, kenaikan inflasi juga disumbang biaya transportasi yang naik karena tingginya permintaan saat libur Natal, baik transportasi darat maupun udara.
"Dari sisi inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered price, terdapat tekanan akibat naiknya harga BBM nonsubsidi serta kelangkaan LPG 3 kg di beberapa daerah," kata dia. ‎
Sementara secara kumulatif, inflasi sepanjang 2017 diprediksi sebesar 3,52 persen. Angka ini lebih tinggi dari inflasi di 2016.
"Untuk inflasi di 2017 atau full year diperkirakan sebesar 3,52 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi 2016, yakni 3,02 persen," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi BI
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi 2017 berada di bawah 3,5 persen. Hal ini sejalan dengan yang telah diperkirakan sebelumnya. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan inflasi di Desember 2017 masih relatif terkendali. Hingga pekan ke-3 bulan ini, inflasi berada di kisaran 0,42 persen.
"Di Desember ini, minggu ketiga ada di kisaran 0,42 persen kelihatannya," ujar dia di Karangasem, Bali, seperti ditulis Minggu (24/12/2017).
Menurut dia, inflasi di Desember ini lebih didorong oleh kenaikan sejumlah komoditas pangan di akhir tahun. Contohnya, harga telur dan cabai yang mulai mengalami lonjakan. "Kalau lihat dari komoditasnya yang kelihatan ada tekanan inflasi seperti telur ayam, cabai. Tetapi ini sudah dilakukan koordinasi," kata dia.
Namun demikian secara tahunan, kata Agus, inflasi di 2017 di perkirakan akan berada di bawah 3,5 persen. Hal tersebut sesuai seperti yang telah diperkirakan sebelumnya. "Sehingga kalau dilihat secara setahun itu masih ada di bawah 3,5 persen. Jadi ini sejalan dengan inflasi yang kita perkirakan yang ada di 3 persen-3,5 persen," tandas dia.‎
Pencapaian tersebut di bawah target laju inflasi yang ditetapkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tahun ini di kisaran 4 plus minus 1 persen. Di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017, pemerintah mematok target inflasi 4,3 persen.
Â
Advertisement