Ini 3 Faktor Ekonomi yang Jadi Pendorong Aksi Protes di Iran

Aksi ini juga merupakan protes massa terbesar sejak pemilu presiden Iran tahun 2009.

oleh Vina A Muliana diperbarui 04 Jan 2018, 15:44 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2018, 15:44 WIB
Demonstrasi di Iran yang berawal terjadi pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (AFP)
Demonstrasi di Iran yang berawal terjadi pada Kamis, 28 Desember 2017. Demo dilaporkan terjadi berlarut-larut dan menyebar ke beberapa kota (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Aksi protes yang dilakukan berbagai lapisan masyarakat tengah terjadi di Iran. Demonstrasi yang digelar di jalan ini disebabkan kecemasan masyarakat akan kondisi perekonomian dan kenaikan harga di negara tersebut. Aksi ini juga merupakan protes massa terbesar sejak pemilu presiden Iran tahun 2009.

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi perekonomian Iran secara keseluruhan bertolak belakang dengan apa yang terjadi di lapangan. Ekonomi negara ini sebenarnya mulai membaik setelah adanya kesepakatan tentang penggunaan nuklir. Badan Moneter Internasional (IMF) bahkan memprediksi ekonomi Iran akan meningkat 4,2 persen pada Maret 2018.

Meski begitu, banyak penduduk Iran tidak merasakan manfaat dari perbaikan ekonomi yang terjadi. Hal ini yang akhirnya memicu aksi demonstrasi dan protes sejak Kamis pekan lalu. Media setempat melaporkan 21 orang meninggal dunia dalam demonstrasi.

Lalu faktor ekonomi apa saja yang akhirnya memicu protes warga Iran pada pemerintah. Berikut ulasannya, seperti dikutip dari CNNMoney, Kamis (4/1/2018):

1. Tidak banyak lapangan kerja

Populasi usia muda di Iran memiliki kemampuan yang sangat baik. Namun, hal itu tidak mampu tertampung karena jumlah lapangan kerja yang sedikit.

Tingkat pengangguran bagi penduduk usia 15 - 29 tahun di Iran mencapai lebih dari 24 persen. Jumlah yang lebih besar lagi bahkan harus ditanggung oleh pemuda dan wanita di perkotaan di Iran.

IMF menyebut wanita di Iran sebagai "sumber pertumbuhan dan produktivitas yang belum dimanfaatkan".

 

Fakto Lain

2. Naiknya harga makanan dan bahan bakar

Direktur dan analis dari Eurasia Group Cliff Kupchan mengatakan bahwa standar hidup yang stagnan menjadi penyebab utama kerusuhan di Iran. Kebijakan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk meluncurkan anggaran baru membuat banyak penduduk Iran marah.

Pemerintah mengusulkan pemotongan subsidi untuk barang-barang dasar, termasuk makanan dan layanan untuk masyarakat miskin. Pemerintah Iran juga menaikkan harga BBM sebanyak 50 persen.

"Kebijakan tersebut membuat marah banyak orang Iran, karena semakin meningkatkan pengeluaran mereka untuk berbagai kebutuhan sehari-hari," kata Kupchan.

3. Perjanjian nuklir yang tidak memberi efek ke perekonomian

Iran setuju untuk menandatangani kesepakatan nuklir pada 2015. Kesepakatan yang tertuang dalam Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu ditandatangani Iran dan sejumlah negara lainnya. Salah satu poinnya, kesediaan Iran mengekang kegiatan pengembangan nuklir dengan imbalan diangkatnya beberapa sanksi ekonomi.

Warga Iran banyak berharap, dengan ditekennya kesepakatan ini, kondisi perekonomian mereka bisa membaik. Sayang, hal itu harus jadi angan-angan saja.

Iran belum mendapat tambahan investasi asing dalam dua tahun terakhir. Hal ini akhirnya menambah frustrasi yang bermuara pada aksi demonstrasi warga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya