Liputan6.com, Jakarta - Negara pimpinan Kim Jong-un, Korea Utara (Korut), tengah melakukan segala upaya untuk bisa menstimulasi perekonomiannya di tengah gencetan berbagai sanksi internasional. Salah satunya adalah dengan tetap mempertahankan kerja sama dagang dengan China yang merupakan mitra dagang terbesarnya.
Anehnya, meski tertimpa banyak sanksi internasional, negara terisolir ini ternyata masih bisa mengalami peningkatan perekonomian. Lalu, apa sebenarnya cara yang dilakukan Korea Utara dalam meraup pundi-pundi pemasukan?
Advertisement
Baca Juga
Berikut ulasannya melansir BBC, Senin (15/1/2018):
1. Tetap menjaga hubungan dengan negara-negara internasional
Korut memang telah masuk daftar hitam bagi beberapa negara seperti Amerika Serikat, Malaysia dan Singapura. Meski demikian, ada banyak negara lain yang masih mau berhubungan dengan negara komunis satu ini.
Paul Tjia, pendiri perusahaan IT Belanda yang memiliki basis di Korea Utara menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Menurutnya, banyak negara Eropa yang ingin bekerja sama bisnis dengan Korut demi berkontribusi akan kemajuan ekonominya.
"Semua orang ingin menjalankan bisnis internasional. Jika Anda ingin melihat perkembangan, hal itu harus dilakukan oleh penduduk setempat. Itulah mengapa investasi luar negeri diperlukan," tuturnya.
Lebih lanjut, kerja sama bisnis negara internasional dengan Korea Utara juga bisa dilihat saat pemerintah Kim Jong-un mengadakan Pyongyang Autumn International Trade Fair pada September tahun lalu.
Di acara tersebut, pebisnis internasional dari berbagai negara dilaporkan hadir. Mereka datang dari Syria, China, Kuba, Italia, Vietnam, Taiwan hingga Indonesia.
2. Membuat iklan yang tidak mencantumkan rezim Kim Jong-un
Cara kedua yang dilakukan Korea Utara agar kerja sama bisnisnya tetap bisa berjalan adalah dengan mencetak poster, proposal atau pamflet produk yang tidak mencantumkan propaganda Kim Jong-un. Bebeda dengan apa yang biasanya masyarakat di negara itu terima, pamflet yang digunakan untuk berbisnis hanyalah berisi tentang informasi produk.
Uniknya lagi, produk yang ditawarkan Korea Utara juga tidak jauh berbeda dengan produk yang sedang hits di pasaran. Mulai dari barang-barang kebutuhan pribadi hingga barang elektronik seperti ipad dan komputer.
Stephan Haggard, profesor ahli ilmu hubungan Korea-Pasifik di University of California San Diego mengatakan, produk-produk ini tidaklah diproduksi hanya untuk propaganda.
"Produk-produk ini bukan untuk propaganda, melainkan hanya untuk bisnis," tutur dia.
Advertisement
3. Mendapatkan devisa dari pekerja internasional
Sumber devisa yang paling menguntungkan berasal dari pekerja Korea Utara yang ditempatkan di luar negeri. Pekerja ini bekerja keras di lokasi galangan kapal dan konstruksi di 40 negara di seluruh dunia.
Korea Utara bahkan memiliki perusahaan perdagangan khusus yang mengatur kontrak kerja dengan perusahaan asing. Pekerja yang disalurkan akan ditempatkan di berbagai negara seperti Rusia, China, Afrika dan Eropa.
Penelitian yang dilakukan berdasarkan kesaksian para pembelot Korut telah menemukan bahwa setidaknya dua pertiga gaji pekerja dikirim kembali ke Korea Utara.