Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengandalkan industri pengelolahan nonminyak dan gas bumi (migas) yaitu kimia, tekstil dan aneka (IKTA) sebagai pendorong pencapaian target pertumbuhan sektor industri di 2018. Kemenperin menargetkan, pertumbuhan industri sektor nonmigas mencapai 5,67 persen dengan nilai investasi Rp 345,4 triliun.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, sektor industri pengelolaan nonmigas berperan dalam perekonomian nasional. Selain itu juga sebagai tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan berbasis sumber daya lokal karena memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat.
Advertisement
Baca Juga
"Hal tersebut tercermin dari peranan sektor industri pengolahan di 2017 yang mencapai 20,16 persen terhadap total PDB Nasional, terbesar dibandingkan sektor lainnya," kata Airlangga, dalam Breakfast Meeting bersama Para Pelaku Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi, pada 2018 ditargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas mencapai 5,67 persen dengan total target investasi Rp 345,4 triliun.
Perkembangan pengolahan nonmigas pada 2017 cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 4,84 persen meningkat dibandingkan 2016 sebesar 4,43 persen. Sektor ini tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi 5,07 persen pada 2017 dan 5,03 persen pada 2016.
Kinerja Ekspor Nonmigas
Kinerja ekspor industri pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 13,14 persen dibanding 2016. Pada 2017 lalu ekspor industri pengolahan mencapai US$ 125,02 miliar.
Menurut Airlangga, sektor kimia, tekstil dan aneka aindustri yang bagian dari industri pengelolaan nonmigas memiliki potensi dan peluang besar untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan industri.
Oleh karena itu, pada 2018 konstribusi sektor kimia, tekstil dan aneka industri mencapai Rp 117 triliun terhadap total investasi.
Namun, kimia, tekstil dan aneka seperti industri bahan kimia dan barang kimia yang mayoritas bahan baku dan intermediate product masih diimpor. Pada 2017, impor bahan baku industri kimia mencapai US$ 20,51 miliar atau sekitar Rp 275 triliun.
"Jika dapat diproduksi dalam negeri, tentunya akan meningkatkan nilai tambah sektor ini," tuturnya.
Advertisement
Industri Tekstil
Di sisi lain, ada juga sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang merupakan industri padat karya dan berorientasi ekspor, menyumbang PDB sebesar Rp 150,43 triliun.
Nilai ekspor sektor ini mencapai US$ 12,58 miliar atau sekitar Rp 168,5 triliun pada 2017.
Dengan utilisasi produksi pada industri TPT yang masih belum optimal rata-rata 57,84 persen, potensi peningkatan ekspor masih sangat terbuka melalui peningkatan utilisasi yang ada maupun penambahan investasi baru.
"Potensi peningkatan ekspor semakin terbuka jika produk TPT kita dikenakan tarif yang sama dengan Vietnam dan Bangladesh," tandas Airlangga.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: