Liputan6.com, Jakarta - Uang bukan segalanya, tetapi segala hal butuh uang. Ungkapan tersebut memang agak sedikit kurang enak didengar, tapi tidak sepenuhnya salah. Memang benar uang bukan segalanya, tapi jika dianggap sebagai pengingat, ungkapan tersebut juga dapat berarti positif: pengingat untuk menyisihkan uang untuk ditabung.
Menabung bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak orang mengaku kesulitan menabung karena punya kebiasaan mengatur keuangan buruk. Umumnya karena masih terpengaruh stigma “gaya hidup” lebih penting daripada menabung.
Advertisement
Baca Juga
Alhasil, persentase gaji bulanan akan tersedot lebih besar untuk pemenuhan gaya hidup ketimbang kebutuhan menabung. Bahkan tidak jarang, gaji habis duluan sebelum sempat disisihkan untuk tabungan.
Seperti dikutip Swara Tunaiku, agar kewajiban menabung dapat terealisasi, seseorang harus mulai membiasakan diri untuk menerapkan rumus keuangan paling efektif sejak hari pertama gaji bulanan turun.
Umumnya rumus yang digunakan agar keuangan lebih baik, gaji bulanan harus langsung disisihkan sebesar 30 persen untuk tabungan, baru sisanya digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai cicilan, harian, hingga foya-foya.
Agar rumus tersebut dapat diterapkan sebaik mungkin, ada beberapa alasan yang harus diubah agar rencana menabung tidak terganggu, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Diawali dengan gaya hidup
Anda mungkin adalah seseorang yang bisa dibilang “gaul” untuk ukuran masyarakat urban. Selain untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, uang gaji yang Anda terima juga digunakan untuk memenuhi kebiasaan nongkrong dengan teman secara rutin.
Kebutuhan sosial seperti nongkrong memang perlu untuk menghindarkan Anda dari stres hidup perkotaan. Sayangnya, kebiasaan tersebut acap kali menjadi bumerang bagi Anda. Kebiasaan ini sering kali mengambil pos yang cuku besar pada gaji bulanan Anda.
Oleh karena itu, gaya hidup demikian perlu Anda siasati sebaik mungkin. Tak perlu sampai meniadakan kebutuhan bersosialisasi, tapi akan lebih baik jika kebiasaan ini bisa ditekan. Anda bisa kurangi jadwal nongkrong selama sebulan, dan memilih tempat-tempat yang tidak overbudget.
2. Ubah kecenderungan menunda
Seperti yang sudah disinggung di atas, demi memenuhi kebutuhan lain-lain--acap kali menabung sering dinomorduakan. Misalnya upah bulanan Anda berasal dari gaji kantor dan fee sebagai freelancer, lantas tabungan Anda plot ketika Anda sudah mendapatkan upah bulanan secara penuh.
Memang tidak sepenuhnya salah, namun risiko gagal menabung akan lebih besar jika Anda menerapkan skema menunda ini. Untuk mengatasi kebiasaan ini, Anda bisa menerapkan trik “paksaan” pada keuangan Anda.
Misalnya dengan langsung memotong upah yang Anda terima sejak pertama sejumlah dengan kebutuhan tabungan. Dengan demikian, Anda tak diberi kesempatan menunda tabungan untuk hal lain-lain.
3. Menabung itu “kuno”
Anda mungkin memegang prinsip hidup yang “melakukan apapun yang diinginkan sekarang”, seakan hidup hanya berakhir pada hari ini.
Prinsip tersebut membuat kewajiban menabung terkesan kurang asyik, karena akan mengurangi kesenangan yang Anda bisa lakukan dengan 100 persen gaji bulanan yang diterima. Namun, kembali lagi pada “hidup tak berakhir di sini”.
Masih ada hari esok, minggu depan bahkan bertahun-tahun mendatang. Di masa depan, Anda tak akan tahu bagaimana tren pemenuhan kebutuhan hidup yang ada. Bisa saja peluang untuk mempersiapkannya hanya datang saat ini.
Untuk mengubah stigma tersebut, cobalah untuk membuat tujuan yang lebih besar di masa depan dari pada hanya mencari kepuasaan di masa sekarang. Dengan mencanangkan target di masa depan, niscaya Anda akan lebih termotivasi untuk menabung.
Advertisement
4. Khawatir kekurangan
Hal ini sering kali menjadi ketakutan banyak orang. Apalagi mengingat kebutuhan hidup yang tak murah, belum lagi jika harus diberatkan oleh segala macam cicilan. Alhasil, Anda akan menanamkan dalam-dalam stigma pemenuhan kebutuhan harian tanpa menyematkan pos untuk tabungan.
Jika hal ini terjadi pada Anda, mengubah gaya hidup bisa jadi solusi. Dengan memangkas pengeluaran-pengeluaran tak esensial lalu menggantinya dengan pos tabungan.
5. Fobia uang
Bukan karena tak bisa menabung, Anda justru cenderung akan menghabiskan uang yang diterima karena mengidap ketakutan berlebih pada kepemilikan uang dalam jumlah besar. Chrometophobia, atau fobia pada uang memang terdengar cukup aneh. Namun, tak bisa dimungkiri, fobia ini juga bisa menghantui.
Orang dengan Chrometophobia mungkin merasa mereka tidak cukup terampil untuk mengelola uang dan takut kehilangan karena investasi yang buruk. Alhasil, daripada disimpan sebagai tabungan atau wahan investasi, uang yang diterima justru akan dihabiskan saat itu juga.
Jika Anda mengalami hal ini, cobalah untuk menemui psikiater dan konsultasikan masalah tersebut pada mereka. Dengan begitu Anda akan mendapatkan solusi paling tepat untuk mengatasinya.
6. Terlalu royal
Menjadi dermawan memang sudah sepatutnya. Namun, Anda juga perlu mengidentifikasi kondisi keuangan sendiri. Jangan sampai Anda justru menggadaikan masa depan dengan tidak menabung karena Anda terlalu dermawan untuk menyumbangkan semua uang.
Uang memang dibutuhkan bagi mereka yang tak seberuntung Anda. Namun, tak ada salahnya Anda menyesuaikan kedermawanan setelah memenuhi kebutuhan tabungan.
7. Punya kebiasaan buruk
Kebiasaan Anda mencerminkan seberapa berkualitas hidup yang Anda jalani. Mengubah kebiasaan buruk menjadi baik tak bisa dilakukan hanya dalam satu malam. Hal ini membutuhkan proses panjang dan konsistensi yang baik. Jika ingin memiliki kebiasaan baik dalam menabung, Anda perlu memulainya sedari awal. Perlahan tak apa, asalkan konsisten.
Advertisement
8. Tak hanya Anda, perhatikan juga pasangan Anda
Mungkin Anda sudah bisa menerapkan kebiasaan menabung yang baik, tapi tak demikian halnya dengan pasangan Anda. Jika demikian, maka jalan satu-satunya adalah dengan membicarakannya dengan pasangan. Cobalah untuk memberi pengertian bahwa “tabungan” merupakan hal yang wajib disiapkan guna mengamankan hari tua Anda berdua.
Cobalah untuk saling support mengubah gaya hidup masing-masing agar “tabungan” tetap aman.
9. Tak memiliki target finansial
Mereka yang kesulitan menabung biasanya tidak memiliki target dan tujuan finansial di masa depan. Oleh karena itu mencanangkan target-target dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan adalah hal yang paling esensial untuk menabung.
Cobalah untuk tanamkan dalam-dalam ide untuk target di masa depan ke dalam benak Anda, agar menabung bukan lagi sebagai kewajiban melainkan sudah menjadi kebutuhan.
10. Kurang motivasi
Motivasi akan menentukan berhasil atau tidaknya Anda menabung. Secara tekad dan perbuatan mungkin Anda sudah bisa menjalankannya dengan baik. Setiap pos keuangan termasuk tabungan sudah bisa Anda penuhi dengan baik, dan hidup berjalan baik-baik saja.
Namun, tak ada yang bisa meramalkan dengan pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Anda mungkin sudah memperkirakan dan menghitung segala hal dengan baik. Namun, bisa saja satu kali nasib kurang mujur menimpa Anda. Misalnya Anda harus mengeluarkan uang calam jumlah besar ketika Anda sakit atau ditilang polisi.
Hal tersebut bisa saja mengganggu tren positif tabungan Anda. Jika dihadapkan pada situasi tersebut, jangan lantas malas untuk menabung lagi. Sebab inilah salah satu fungsi dari tabungan, mengatasi hal-hal yang tak terduga. Tetaplah menjaga motivasi untuk menabung meski tengah dihantam hal-hal seperti itu.
Advertisement