Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan financial technology atau industri teknologi keuangan (fintech) di China menyebutkan meskipun saat ini pertumbuhan fintech tengah berada di puncaknya karena penggunaan sistem pembayaran lewat internet yang luas, industri fintech belum mencapai potensi maksimal.
Berdasarkan laporan dari konsultan EY pada 2017 menyebutkan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengadopsi fintech sudah cukup tinggi. Laporan tersebut menyebutkan 69 persen konsumen digital yang aktif di China merupakan penguna pelayanan fintech. Jumlah itu lebih tinggi dibanding di Amerika Serikat (AS) yang hanya 33 persen.Â
Namun, Co-founder dan Chairman dari Rong360, David Ye menuturkan pertumbuhan terbesar untuk adoptasi fintech itu berasal dari sistem pembayaran.
Advertisement
Baca Juga
"China memang unggul dalam fintech seperti halnya pembayaran. China jauh terdepan dibanding negara-negara lainnya dalam hal pembayaran yang mana penetrasinya mencapai 60 hingga 70 persen," tutur dia, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (12/4/2018).
David Ye menambahkan, fintech antara lain kredit online, kartu kredit, kredit infrastruktur dan akses asuransi masih jauh di bawah penetrasi. Oleh karena itu, fintech terhadap akses keuangan itu masih punya ruang untuk tumbuh.
"Ini mengapa kami harapkan seluruh sektor dengan pertumbuhan double digit, atau mungkin di sektor lain bisa high double digit dalam waktu 5 sampai 10 tahun ke depan," ujar dia.
Berdasarkan laporan Mckinsey, disebutkan ukuran pasar untuk industri fintech di China saat sudah menembus lebih dari 12 triliun yuan atau sekitar USD 1,9 triliun pada 2015. Kontribusi terbesar masih dari sistem pembayaran. Ye memperkirakan industri fintech tumbuh dua digit dalam 5-10 tahun.
Potensi pertumbuhan telah mendorong perluasan sejumlah perusahaan fintech di China termasuk anak perusahaan Rong360 yaitu Jianpu Technology yang telah mencatatkan saham perdananya di Amerika Serikat pada 2017.
"Kami melihat banyak konsumen dan juga SMEs untuk butuh lebih banyak akses lagi pada kredit, mereka ingin membeli asuransi, mereka ingin mengelola kekayaan lebih baik lagi, mereka ingin mendapatkan mobil pertama mereka, ini yang paling diinginkan oleh pengemudi," ujar dia.
Â
Fintech Bakal Bikin Bunga Tiap Orang Berbeda di Masa Depan
Sebelumnya, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Chatib Basri mengatakan jika perkembangan financial technology (fintech) akan sangat berpengaruh dan bisa mengubah sistem keuangan yang ada. Salah satunya pada perbankan.
Dia mengatakan, bisa saja di waktu yang akan datang, bunga bank tidak akan lagi ditetapkan dengan satu standar tertentu yang berlaku umum, melainkan ditentukan berbeda untuk setiap individu.
"Saya enggak akan surprise kalau suatu hari kredit di bank, bunga bank akan berbeda setiap orang. Karena yang namanya fintech bisa punya profil dari bapak dan ibu. Individually. Bisa saja bank, untuk si A bunga 12 persen, si B 11,5 persen, si C 10 persen," ujar dia di The Energy Building, Jakarta, Kamis 29 Maret 2018.
Hal ini karena seiring kemajuan teknologi dan big data, profil setiap orang akan diketahui dengan sangat jelas sehingga perlakuan akan berdasarkan pada kondisi orang tersebut.
"Tahu kalau pesan GoFood, seminggu berapa kali, berapa kali gado-gado, berapa kali sate kambing. Ini bisa dilakukan. Mereka bisa identifikasi, tahu behaviour kita. Semuanya akan customize individually. Big data tahu behaviour orang dengan sangat detail," jelas dia.
Hal inilah yang bakal membuat pemerintah tertantang untuk selalu mengubah persepsi dan kebijakannya. "Ini akan buat regulator kaget karena enggak ada lagi suatu standar tingkat bunga harus sekian," tandas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement