BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,25 Persen, Berlaku 20 April

Bank lndonesia tetap fokus dalam menjaga stabilitas perekonomian yang menjadi landasan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2018, 19:32 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2018, 19:32 WIB
Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)
Liputan6.com, Jakarta Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen.
 
Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,50 persen dan Lending Facility 5,00 persen.
 
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 18-19 April 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo rate tetap sebesar 4,25 persen. Berlaku efektif sejak 20 April tahun 2018," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
 
Dia mengatakan kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah meningkatnya tekanan eksternal.
 
"Bank lndonesia memandang pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh sebelumnya, didukung oleh kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran, masih memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik," jelas dia.
 
Ke depan, lanjutnya, Bank lndonesia tetap fokus dalam menjaga stabilitas perekonomian yang menjadi landasan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
 
Sementara itu, sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai karena dapat mengganggu perekonomian domestik, seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia, kenaikan harga minyak, dan kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok.
 
Dia mengatakan, untuk Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
 
"Bank lndonesia juga semakin memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memperkuat pelaksanaan reformasi struktural," dia menambahkan.
 
Sumber : Merdeka.com
Reporter: Yayuk Agustini

BI Minta Pengusaha Manfaatkan Kenaikan Rating Utang RI oleh Moody's

Moody's Investors Service
Moody's Investors Service (AP Photo/Mark Lennihan)

Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsyah mengatakan dunia usaha harus memanfaatkan momentum kenaikan peringkat surat utang atau Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia dari Baa3 dengan outlook positif menjadi menjadi Baa2 dengan outlook stabil oleh Moody's Investor Service (Moody's). Capaian ini diikuti dengan tren suku bunga rendah dari BI.

"Saya menekankan bahwa ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan oleh dunia usaha. Karena suku bunga rendah yang ada sekarang, rating investment yang bagus. Ini adalah kesempatan atau momentum yang harus dimanfaatkan, karena ke depan tantangan kita masih berat terutama dari global," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (13/4/2018).

Lebih lanjut Nanang menjelaskan, afirmasi rating dari lembaga pemeringkat global tersebut mendorong kepercayaan pasar terhadap berbagai instrumen yang ada semakin meningkat. Salah satunya terhadap obligasi korporasi. Selain itu, hal ini juga menunjukkan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia semakin membaik.

"Kalau ratingnya meningkat ini akan menimbulkan kepercayaan pasar terhadap berbagai instrumen yang ada. Walaupun ini sebetulnya long term sovereign rating terutama surat berharga yang dikeluarkan oleh negara. Tetapi kan ini akan berdampak ke instrumen lainnya seharusnya termasuk obligasi korporasi," jelasnya.

Sebelumnya, kenaikan rating menjadi Baa2 didukung kerangka kebijakan yang semakin kredibel dan efektif yang kondusif bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.

“Bersama dengan peningkatan penyangga keuangan, kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, memperkuat keyakinan Moody's bahwa ketahanan dan kapasitas Indonesia untuk merespons guncangan. Akibatnya, utang Indonesia lebih sebanding dengan negara dengan tingkat Baa2,” mengutip penjelasan Analyst Sovereign Risk Group of Moody's Investors Service, Anushka Shah.

Laporan tersebut menekankan jika kebijakan yang efektif untuk menjaga stabilitas ekonomi makro meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap guncangan. Sebab itu, Indonesia diharapkan fokus pada kebijakan fiskal dan moneter yang menjaga makroekonomi stabilitas dan membangun penyangga keuangan yang semakin jelas dalam beberapa tahun.

"Kebijakan dan cadangan keuangan yang lebih besar memperkuat kapasitas Indonesia untuk menanggapi guncangan," jelas dia.

Di sisi fiskal, Moody's menyebutkan jika pemerintah telah mempertahankan kepatuhan yang ketat terhadap batas defisit anggaran 3 persen, sejak 2003. Namun Moody tetap mengharapkan Indonesia fokus pada kehati-hatian fiskal dan berkontribusi terhadap stabilitas makroekonomi.

"Defisit rendah yang berkelanjutan menjaga beban utang tetap rendah dan, dikombinasikan dengan pendanaan denban jangka waktu yang panjang, mengurangi kebutuhan pembiayaan dan risiko," dia menambahkan.

Meski demikian, pendapatan negara yang lemah tetap disoroti Moody’s sebagai kendala kredit jangka panjang, termasuk kemungkinan mengikis kemampuan utang. 

Perkiraan Moody's bahwa utang pemerintah Indonesia akan berkisar 30 persen dari PDB dalam beberapa tahun ke depan, di bawah rata-rata 39 persen dari PDB untuk semua investasi dan 46,2 persen untuk median Baa-rated.

Laporan juga menyebutkan tentang risiko utang BUMN yang cenderung meningkat terkait pelaksanaan proyek infrastruktur, tetapi tidak menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kondisi fiskal Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. 

 

Reporter : Anggun P. Situmorang

Sumber : Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya