BI Ramal The Fed Hanya Sekali Pangkas Suku Bunga Acuan pada Semester II 2025

Usai membaca arah kebijakan The Fed, Bank Indonesia (BI) menilai situasi ekonomi di Amerika Serikat saat ini membaik, meskipun masih dihadapi tingkat inflasi tinggi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 19 Feb 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 16:30 WIB
BI Ramal The Fed Hanya Sekali Pangkas Bunga Acuan pada Semester II 2025
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Federal Reserve (the Fed) hanya akan satu kali menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate). (Foto: Bank Indonesia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Federal Reserve (the Fed) hanya akan satu kali menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) pada semester II 2025.

Lantaran, setelah membaca arah kebijakan The Fed, Perry menilai situasi ekonomi di Amerika Serikat saat ini membaik, meskipun masih dihadapi tingkat inflasi tinggi.

"Sehingga bacaan-bacaan kami termasuk juga penjelasan dari Jerome Powell (Bos The Fed), menunjukan bahwa kemungkinan Fed Fund Rate hanya turun sekali, 25 bps. Itu pun baru terjadi pada awal semester 2 (tahun ini)," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Rabu (19/2/2025).

Ia  juga melihat imbal hasil atau yield dari surat utang Pemerintah AS (US Treasury) masih tinggi. Dengan target defisit fiskal sebesar 7,7 persen pada 2025, dan 8,8 persen. 

"Bahkan ada wacana untuk menghilangkan debt ceiling. Itu menyebabkan kenapa yield US Treasury tetap tinggi. Demikian juga yang 10 tahun maupun 2 tahun. Itu berdampak pada keharusan kita menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," seru Perry. 

Lantaran, indeks mata uang dolar AS terhadap dunia terpantau tetap menguat. Sehingga BI bersiap membuat arah kebijakan untuk melindungi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap mata uang asing, utamanya dolar AS.

"Tempo hari DXY pernah 109, 108. Hari ini 107. Belum tentu Minggu depan, apakah kembali ke 108, 109. Dan ini memberikan tekanan-tekanan kepada nilai tukar, termasuk rupiah," kata Perry. 

Buka Ruang Penurunan

DHE SDA
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan mengenai penerapan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA)dalam Konferensi Pers di Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (17/2/2025). (Liputan6.com/Tira)... Selengkapnya

Di sisi lain, Perry sempat menekankan, penurunan suku bunga acuan BI-rate masih terbuka lebar pada 2025. 

Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, terjaganya nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Perry menjelaskan, dalam mengambil keputusan mengenai penurunan suku bunga, Bank Indonesia memperhatikan tiga faktor utama yakni perkiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar. Ketiga faktor ini saling berkaitan dan mempengaruhi langkah kebijakan moneter yang akan diambil oleh BI.

"Dalam menentukan BI Rate kita akan melihat bagaimana, satu, perkiraan inflasi ke depan. Kedua, bagaimana kita melihat tujuan bersama mendorong pertumbuhan supaya 5,2 persen tahun ini bisa tercapai. Ketiga, kami melihat stabilitas nilai tukar. Tiga hal itu utamanya kita lihat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers KSSK, di Kementerian Keuangan, Jakarta pada Januari 2025.

 

Dasar Pertimbangan

Adapun pertimbangan pertama, adalah inflasi yang diperkirakan tetap rendah. Bank Indonesia memperkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir tahun 2024 sekitar 2,7 persen, dengan inflasi inti yang diperkirakan berada di angka 2,6 persen.

Inflasi yang terjaga ini akan memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, tanpa harus khawatir akan lonjakan harga yang bisa mengganggu daya beli masyarakat.

"Dari pertimbangan ini kenapa ruang penurunan suku bunga itu terbuka," ujarnya.

Pertimbangan kedua adalah mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan Bank Indonesia bersama-sama berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar mencapai target 5,2 persen pada 2024.

Dalam konteks ini, penurunan suku bunga dianggap dapat memberikan stimulus tambahan bagi sektor riil, mendorong investasi, serta memperkuat konsumsi domestik.

"Kami semua dari fiskal, moneter, dan OJK tidak hanya menjaga stabilitas sistem keuangan, tapi juga bersama mendorong pertumbuhan supaya pertumbuhan 5,2 persen bisa didorong. Dalam konteks ini kenapa ruang penurunan suku bunga ini perlu turut mendorong pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya