Sri Mulyani: Ada Orang RI Bergaya Kaya, tapi Mental Miskin

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan masyarakat seharusnya tidak perlu menghindar dari kewajiban bayar pajak.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Mei 2018, 15:31 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2018, 15:31 WIB
Ketika Tiga Menteri Berswafoto Usai Penandatanganan Kerja Sama Antarbank
Menkeu Sri Mulyani memberi sambutan saat menghadiri penandatanganan kerja sama antar bank sindikasi di Jakarta, Jumat (29/12). MOU tersebut merupakan bentuk kerja sama kredit sindikasi proyek kereta api ringan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan masyarakat seharusnya tidak perlu menghindar dari kewajiban bayar pajak. Ia pun sempat curhat mengenai mental orang Indonesia yang berlagak kaya tapi masih enggan memenuhi kewajiban pajaknya. 

"Yang paling susah di republik ini orang gayanya kaya banget, tapi mentalnya miskin banget," ujar dia saat hadiri acara talk show "Youth X Public Figure" di Epicentrum XXI, Jakarta, Sabtu (12/5/2018).

Mantan Direktur Bank Dunia ini menegaskan, kesadaran membayar pajak seharusnya dimiliki setiap masyarakat. "Gayanya kaya minta ampun, bukan main, mobil bagus, disuruh lakukan kewajiban membayar pajak kemudian acting like a very poor guy," ujar dia.

Oleh karena itu dia, mengharapkan masyarakat seharusnya tidak perlu menghindari dari kewajiban bayar pajak. Sebab, pajak akan digunakan untuk membiayai belanja dan program-program pemerintah yang tentu akan dinikmati oleh seluruh masyarakat terutama masyarakat miskin

 "Jangan saya (masyarakat) jadi miskin karena saya dibesarkan dalam pulau yang tidak ada sekolah. Ini enggak benar," tutur dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu:

Sumber: Merdeka.com 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Penerimaan Perpajakan hingga April 2018

Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Sebelumnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati kembali menegaskan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih tetap terjaga sampai akhir April 2018. Ini sekaligus menjadi momentum positif untuk bisa menahan gempuran sentimen dari AS yang memengaruhi pasar keuangan RI.

Ini ditunjukkan dari defisit lebih kecil dibandingkan April 2017. Hingga akhir April, defisit APBN sebesar Rp 55,1 triliun. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 72,2 triliun. Bahkan keseimbangan primer mengalami surplus Rp 24,2 triliun, jauh lebih besar dibandingkan April 2017 yang saat iru hanya Rp 3,7 triliun.

"APBN 2018 jauh lenih kuat dibandingkan tahun sebelumnya. Oleh karena itu kita memiliki ruang fiskal apabila dibutuhkan dalam menjaga perekonomian kota dari gejolak yang berasal dari luar. Jadi APBN kita kuartal I cukup baik," kata Sri Mulyani di kantor Dirjen Pajak, Jumat 11 Mei 2018.

Sisi penerimaan perpajakan sampai April juga menunjukkan pertumbuhan sehat. Tercatat pemerintah telah mengumpulkan Rp 416,9 triliun, tumbuh 11,2 persen apabila sudah memasukkan Tax Amnesty. Apabila tidak masukkan TA, maka penerimaan perpajakan pertumbuhannya mendekati 15 persen.

Sri Mulyani menuturkan, kontribusi pertumbuhan pajak tersebut dari PPN yang tumbuh 4,1 persen dan PPH nonmigas yang mencapai 17,3 persen.

"Selain itu, kita juga terima PPNBP dari SDA dan penerimaan cukai meningkat dibanding tahun lalu. Dengan demikian, kita optimistis 2018 kita tetap bisa jaga APBN secara kredibel stabil, sustainable dan sehat," ujar dia.

Sementara dari sisi belanja, belanja K/L juga meningkat. Hingga April 2018, APBN telah realisasi pembiayaan Rp 188,7 triliun atau 57,9 persen dari pagu pembiayaan 2018.

Sedangkan posisi SILPA hingga April 2018 lebih tinggi Rp 133,6 triliun dibanding tahun lalu Rp 123,2 triliun. "Dengan demikian, posisi kas pemerintah dalam kondisi yang cukup memadai," Sri Mulyani mengakhiri. (Yas)

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya