Pemerintah Diminta Atasi Lonjakan Harga Pangan Akibat Penguatan Dolar AS

Ini saran buat pemerintah untuk menstabilkan harga pangan akibat kenaikan dolar AS.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 13 Mei 2018, 18:15 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2018, 18:15 WIB
Inflasi
Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga daging ayam dan telur ayam di pasaran terus melambung jelang bulan Ramadan. Kementerian Pertanian (Kementan) menduga, itu merupakan imbas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehinga berdampak pada peningkatan harga pakan ternak impor.

Menanggapi itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan ada imported inflation akibat impor pakan ternak dari kapal asing yang dibayar dengan dolar AS. 

Oleh sebabnya, Bhima menyarankan agar pemerintah menggenjot produksi lokal bahan konsumsi ayam ternak, di samping terus menguatkan nilai rupiah.

"Saran saya, pemerintah dan BI (Bank Indonesia) harus stabilkan nilai tukar di bawah Rp 13.500. Terus Kementan perlu dorong produksi pakan ternak ayam pengganti impor. Misalnya, serapan jagung lokalnya dinaikan," jelas dia dalam pesan tertulis kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu (13/5/2018).

Bhima menjelaskan, mayoritas peternak dalam negeri lebih memilih pangan ternak yang didatangkan dari luar negeri. Karena harga jagung impor sebagai porsi terbesar bahan baku pakan hewan ternak seperti ayam, memang lebih murah.

"Brasil misalnya sebagai sumber jagung dunia, di sana harga jagung murah, paling mahal Rp 2.200. Sementara di Indonesia harganya di kisaran Rp 4 ribu," ujar dia.

Maka dari itu, dia mengimbau pemerintah untuk memberikan aneka insentif kepada petani jagung lokal agar harga pakan ternak dalam negeri menjadi kompetitif.

Lebih lanjut Bhima berpendapat, stok beberapa komoditas pangan lain masih kurang untuk beberapa bulan ke depan, semisal daging sapi, gula pasir, dan kedelai. Di luar tiga komoditas itu, menurutnya, ada sejumlah bahan pokok pangan lain yang ketersediaannya terhitung masih belum memadai, seperti beras dan bawang.

"Beras rencananya mau ditambah 500 ribu ton lagi. Harga bawang merah naik signifikan dalam satu bulan terakhir," pungkas Bhima.

Menko Darmin Yakin Harga Pangan Stabil hingga Lebaran

Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, harga pangan menjelang bulan suci Ramadan masih terpantau aman. Hal tersebut terlihat dari laporan inflasi bulanan.

"Harga pangan tidak ada masalah. Jadi waktu kemarin inflasi, harga pangan itu negatif enggak banyak tapi cuma 1 koma berapa persen," kata Menko Darmin saat ditemui di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pada 9 Mei 2018. 

Kendati demikian, dia mengatakan ada dua bahan pangan yang mengalami kenaikan harga yaitu telur ayam dan daging ayam. Kedua bahan pangan tersebut diperkirakan terus naik pada bulan Ramadan hingga Idul Fitri.

"Telur ayam sama daging ayam, dia agak naik dikit, enggak banyak. Sisanya (pangan lain) ada yang tetap atau ada yang turun," ujar dia.

Darmin optimistis harga pangan tidak akan mengalami lonjakan. Bahkan harga beras diprediksi turun. "Kita percaya sampai puasa dan Idul Fitri harga akan tetap. Bahkan kalau beras kita percaya masih akan turun, ya enggak banyak tapi 1 sampai 2 persen (turunnya),” kata dia.

Selain beras, daging sapi juga akan mengalami penurunan harga. "Karena kita lagi menjalankan impornya dengan metode yang kita percaya harga akan turun," kata dia.

Selain itu, ada beberapa harga bahan pangan diperkirakan stagnan. "Beberapa komodoti yang mungkin enggak turun tapi juga tidak naik seperti cabai, bawang. Jadi orang bisa berpuasa dan berlebaran dengan tenang bergembira,” ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya