Ekonom: Teror Bom di Surabaya Tak Pengaruhi Rupiah

Ekonom menilai Indonesia sudah pernah menghadapi teror bom, sehingga tidak terlalu mempengaruhi ekonomi.

oleh Bawono Yadika diperbarui 14 Mei 2018, 13:21 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2018, 13:21 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga), Adrian Panggabean, menyatakan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, tidak akan mengganggu pergerakan rupiah. Sentimen teror bom tersebut tidak akan membuat rupiah semakin tertekan.

"Kalau secara trajectory kita memang melemah, tapi yang sudah-sudah rupiah tidak terganggu kok," tutur dia di Graha CIMB Niaga, Senin (14/5/2018).

Adrian menuturkan, nilai tukar rupiah bahkan masih terbilang stabil di tengah aksi teror dalam dua hari ini. "Dari sejarahnya biasanya tidak terganggu. Pernah juga ya Bom Bali waktu itu. Bahkan, hari ini ada empat bom yang terjadi rupiah masih stabil-stabil saja," ujar dia.

Ia juga menambahkan ekonomi nasional tidak terganggu terkait insiden teror bom di Surabaya dan Sidoarjo. "Masalahnya ini bukan kali pertama dan kita juga sudah sering sebetulnya menghadapi ini. Jadi, saya rasa biasa-biasa saja, enggak akan terganggu sekali," kata dia.

Selain itu, Adrian menyatakan kondisi cabang bank CIMB Niaga di Kota Surabaya juga masih terbilang aman sesudah ledakan yang terjadi di sana. "Masih aman di situ dan enggak ada apa-apa ya. Semuanya alhamdulilah masih aman-aman saja," ujar dia. 

 

 

Rupiah Stabil, IHSG Melemah pada Sesi I

20161114-Perdagangan-Saham-Jakarta-AY
Dua pekerja memantau pergerakan saham di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11). Laju IHSG melemah 2,6 persen atau sekitar 137,71 poin ke level 5.094,25 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin (14/11/2016). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah di zona merah. Namun, penurunan IHSG mulai berkurang. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan investor asing beli saham jadi katalis positif.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Senin 14 Mei 2018, IHSG melemah 45,04 poin atau 0,76 persen ke posisi 5.911,79. Indeks saham LQ45 melemah 0,88 persen ke posisi 953,50. Seluruh indeks saham acuan tertekan. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat tertekan ke posisi 5.956.

Pada sesi I, IHSG sempat di level tertinggi 5.937,58 dan terendah 5.853,43. Sebanyak 248 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sementara itu, 102 saham diam di tempat dan 110 saham menguat.

Total frekuensi perdagangan saham di kisaran 191.795 kali dengan volume perdagangan 4,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 3,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 155,01 miliar di seluruh pasar.

10 sektor saham tertekan. Sektor saham infrastruktur melemah 1,77 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian tergelincir 1,69 persen dan sektor saham industri dasar susut 1,27 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BKSL naik 13,01 persen ke posisi Rp 165 per saham, saham TAXI menguat 5,26 persen ke posisi Rp 100 per saham, dan saham BWPT menanjak 4,6 persen ke posisi Rp 182 per saham.

Di bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,08 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,58 persen, indeks saham Thailand naik 0,38 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,25 persen, dan indeks saham Taiwan menguat 0,86 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada aksi beli investor asing pada sesi pertama. Selain itu, pemerintah juga bersikap cepat hadapi terror bom.

“Presiden Jokowi sudah memberikan statement penting untuk mempercepat revisi UU Anti Terorisme. Adapun Perppu akan diterbitkan jika revisi tersebut belum secepatnya diselesaikan. Pernyataan inilah yang memberikan optimism terhadap kondisi market saat ini,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, perlahan-lahan IHSG mulai menguat dari level 5.853 hingga ke level 5.915. Penurunan IHSG mulai terbatas didorong kondisi fundamental makro ekonomi domestik yang stabil. Hal itu membuat IHSG secara bertahap menguat.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya