Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) mendapat kepastian pinjaman dari bank untuk membeli saham PT Freeport Indonesia sebesar USD 3,85 miliar yang ditargetkan selesai dalam dua bulan.
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada 11 bank yang siap memodali Inalum untuk membeli saham Freeport Indonesia. Namun dia belum bisa menyebutkan 11 bank tersebut.
"Ada 11 bank yang siap membantu mendanai transaksi. Belum bisa bicara (bank-nya)," kata Budi, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7/2018).
Advertisement
Menurut Budi, besaran kucuran dana dari perbankan untuk membeli saham seharga USD 3,85 miliar belum ditentukan‎, namun akan disesuaikan dengan kebutuhan. Sementara, saat ini Inalum memili uang sebesar USD 1,5 miliar.
"Masih didiskusikan. Tapi posisi cash Inalum sendiri kan sekitar mendekati USD 1,5 miliar, itu holding," tuturnya.
Dia menyebutkan, dari harga saham USD 3,85 miliar, terdiri dari hak partisipasi Rio Tinto USDÂ 3,5 miliar dan sisanya saham Indocopper USD 350 juta. Budi menargetkan penyelesaian pembayaran bisa dilakukan dalam dua bulan ke depan.
‎"Kami harapkan dalam 2 bulan bisa selesai. Seluruh dokumentasi sekarang supaya transaction closing-nya jadi semua," tandasnya.
Â
Kemakmuran Rakyat
Inalum, Freeport McMoRan Inc (FCX) dan Rio Tinto menandatangani Pokok-Pokok Perjanjian (Head of Agreement) terkait penjualan saham Freeport dan hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport lndonesia (PTFI) ke Inalum.
Kepemilikan Inalum di PTFI setelah penjualan saham dan hak tersebut menjadi sebesar 51 persen dari semula 9,36 persen.
Pokok-pokok perjanjian ini selaras dengan kesepakatan pada tanggal 12 Januari 2018 antara Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kabupaten Mimika. Di Pemerintah daerah akan mendapatkan saham sebesar 10 persen dari kepemilikan saham PTFI.
Dalam perjanjian tersebut, Inalum akan mengeluarkan dana sebesar USD 3,85 miliar untuk membeli hak partisipasi Rio Tinto di PTFI dan 100 persen saham FCX di PT Indocopper lnvestama, yang memiliki 9,36 persen saham di PTFI. Para pihak akan menyelesaikan perjanjian jual beli ini sebelum akhir tahun 2018.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Pemerintah berkomitmen untuk menjaga iklim investasi yang kondusif untuk memberikan kepastian kepada investor yang berinvestasi di lndonesia.
"Dengan ditandatanganinya Pokok-Pokok Perjanjian ini kerjasama FCX dan lnalum diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan nilai tambah industri ekstraktif ke depan serta memberi nilai kemakmuran bagi masyarakat Indonesia," jelasnya di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (12/7/2018).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan BUMN memiliki kepedulian, komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Sejalan dengan fungsi BUMN sebagai agen pembangunan, BUMN akan menjadi ujung tombak proses hilirisasi industri pertambangan di Indonesia.
"Hal tersebut guna memberi nilai tambah maksimal bagi masyarakat, termasuk menjalankan usaha pertambangan secara profesional dan bertanggungjawab berlandaskan prinsip good corporate governance," ujar Menteri Rini.
Advertisement
Membangun smelter
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan dengan ditandatanganinya perjanjian ini maka keseluruhan kesepakatan dengan FCX yang meliputi divestasi 51 persen saham, perubahan dari Kontrak Karya menjadi IUPK, telah dapat diselesaikan, termasuk komitmen pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian. Oleh sebab itu PTFI mendapatkan perpanjangan IUPK Operasi Produksi maksimal 2x10 tahun.
"Kami harapkan nilai tambah komoditi tembaga dapat terus ditingkatkan melalui pembangunan pabrik peleburan tembaga berkapasitas 2 sampai 2,6 juta ton per tahun dalam waktu 5 tahun," jelasnya.
Berdasarkan laporan keuangan 2017 yang telah diaudit, Freeport Indonesia membukukan pendapatan sebesar USD 4,44 miliar, naik dari USD 3,29 miliar di tahun 2016. Perusahaan ini juga membukukan laba bersih sebesar USD 1,28 miliar, naik dari USD 579 juta.
PTFI memiliki cadangan terbukti (proven) dan cadangan terkira (probable) untuk tembaga sebesar 38,8 miliar pound, emas sebesar 33,9 juta toz (troy ounce) dan perak sebesar 153,1 juta toz.
Sementara itu pada tahun 2017 Inalum membukukan pendapatan sebesar USD 3,5 miliar dengan laba bersih konsolidasi mencapai USD 508 juta. Holding Industri Pertambangan Inalum juga tercatat memiliki sumber daya dan cadangan nikel sebesar 739 juta ton, bauksit 613 juta ton, timah 1,1 juta ton, batubara 11.5 miliar ton, mas 1,6 juta toz dan Perak sebesar 16,2 juta toz.