Pelemahan Rupiah Saat Ini Tak Separah 1998

Rupiah memang mengalami pelemahan terhasdap dolar AS dari Oktober 2014 sampai Juni 2018 sebesar 18 persen.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Jul 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2018, 18:30 WIB
Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan dalam beberapa bulan terakhir. Jumat kemarin, pelemahan rupiah sempat menyentuh angka 14.500 per dolar AS. Kondisi ini dipandang masih lebih baik dibanding 1998.

Pakar manajemen perubahan Rhenald Kasali mengatakan, rupiah memang mengalami pelemahan dari Oktober 2014 sampai Juni 2018 sebesar 18 persen. Pelemahan rupiah  dari 12.200 per dolar AS menjadi 14.400 per dolar AS.

Menurut Rhenald, kondisi pelemahan rupiah yang terjadi saat ini jauh lebih baik dibanding pada 1997 dan 1998. Saat itu rupiah tertekan 600 persen, dari Rp 2.500 per dolar AS menjadi 16.800‎ per dolar AS. Dengan begitu, pelemahan rupiah terhadap dolar AS jauh lebih besar.

‎"Tapi situasi sekarang berbeda dengan situasi 1998. Saat itu lebih besar, pada 1998 itu dari 2.500 per dolar AS ke 16.800 per dolar AS, naiknya 600 persen, kalau sekarang baru 18 persen," tutur dia di Rumah Perubahan, Bekasi, Sabtu (21/7/2018).

Di era 1998, dengan nilai tukar 2.500 per dolar AS, upah buruh Rp ‎172 ribu per bulan. Usai rupiah melemah menjadi 16.800 per dolar AS, gaji buruh hanya naik Rp 192.

Kondisi ini membuat daya beli turun. Jika dibandingkan dengan pelemahan rupiah saat itu, upah buruh justru mengalami penurunan.

Sedangkan saat ini, lanjut Rhenald, rupiah melemah 18 persen, upah buruh sudah naik dari Rp 2,4 juta menjadi Rp 3,65 juta. Artinya ada kenaikan 49 persen sejak 2014.‎ Dengan begitu upah buruh masih mengalami kenaikan meski rupiah tertekan.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini terlihat besar, karena angkanya besar dalam belasan ribu rupiah. Kondisi pelemahan mata uang lokal terhadap dolar AS tidak hanya dialami Indonesia tetapi juga negara lain.

"Ini kelihatannya kenaikan besar karena angkanya besar dan semua bangsa mengalami. Dalam situasi ini ada the looser, ada the winer," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tak Perlu Khawatir Meski Rupiah Sentuh 14.500 per Dolar AS

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan yang cukup dalam pada perdagangan Jumat. Rupiah yang dibuka di level 14.477 per dolar AS langsung merosot hingga ke angka 14.545 per dolar AS. 

Namun, pelemahan rupiah tersebut tidak membuat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan was-was. Menurutnya pelemahan rupiah tersebut masih wajar.

"Rupiah biasa, enggak apa-apa, enggak masalah," kata Luhut pada Jumat 20 Juli 2018. 

Kondisi rupiah ini masih terbilang bagus sebab fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga. "Rupiah bagus, fundamental ekonomi kita, inflasi bagus," ujarnya.

Selain itu, Menko Luhut juga menjelaskan bahwa rupiah akan semakin terjaga jika penggunaan B20 sudah diterapkan. Sebab penggunaan B20 bisa mengurangi atau mengatasi tekanan current account deficit (defisit neraca berjalan) Indonesia.

"Kami mau menggunakan B20, kami hitung bisa penerimaan hampir USD 4 miliar dalam dua tahun ke depan, tahun ini kalau digunakan 500 ribu ton saja saya kira sudah hampir USD 1 miliar, jadi current account defisit kita bisa jadi baik juga, overall saya kira tidak ada yang harus dikhawatirkan." kata dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya