Menhub Peringatkan Cuaca Beberapa Hari ke Depan Berbahaya untuk Pelayaran

Kecelakaan kapal selama ini antara lain banyak yang disebabkan oleh faktor cuaca yang ekstrem dan seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh nelayan.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jul 2018, 17:32 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2018, 17:32 WIB
Ilustrasi Kapal Nelayan
Ilustrasi Kapal Nelayan. (Gideon/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Nelayan dan operator pelayaran diperingatkan kemungkinan besar terjadinya cuaca buruk di transportasi laut sehingga membahayakan kapal dan penumpang.

"Cuaca saat ini dan dalam beberapa hari mendatang diperkirakan akan berbahaya untuk pelayaran sehingga diminta seluruh nelayan dan operator pelayaran agar memperhatikan peringatan dini soal cuaca," kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.

Ini dia katakan saat jumpa pers bersama Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengenai prakiraan cuaca dalam beberapa hari ke depan di sejumlah wilayah Indonesia di Jakarta, Minggu (22/7/2018).

Dikatakan Menhub, kecelakaan kapal selama ini antara lain banyak yang disebabkan oleh faktor cuaca yang ekstrem dan seringkali tidak terlalu diperhatikan oleh nelayan dan bahkan sering diabaikan oleh operator pelayaran.

Apalagi untuk pelayaran rakyat seperti nelayan misalnya, Menhub Budi menekankan agar serius memperhatikan kondisi cuaca sebelum melaut untuk menangkap ikan karena bisa membahayakan diri sendiri dan awaknya.

"Memang konsekuensinya tidak bisa melaut dan tidak mendapatkan ikan karena cuaca buruk," kata Menhub.

Khusus untuk pelayaran pengangkut penumpang, katanya, Kemenhub selalu memberi penekanan mengenai pentingnya keselamatan sebagai hal yang mutlak dan harus menjadi perhatian oleh nakhoda serta syahbandar.

Menhub mengakui saat ini faktor keselamatan memang masih belum menjadi prioritas oleh masyarakat dan pemangku kepentingan pelayaran, sehingga kecelakaan di perairan masih banyak terjadi.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, dari hasil pemantauan BMKG cuaca ekstrem di perairan terjadi pada 22-28 Juni 2018 yang ditandai dengan tingginya gelombang laut dan kencangnya angin. "Puncak cuaca buruk di perairan diperkirakan akan terjadi pasda 24-25 Juni 2018. Pada dua hari itu diharapkan semua pihak pelayaran baik kapal besar maupun nelayan agar waspada," kata dia.

BMKG untuk memantau cuaca di seluruh daerah di Indonesia telah menyiapkan setidaknya 40 radar yang tersebar di sejumlah daerah serta satelit yang selanjutnya kondisi cuaca bisa terdeteksi dalam beberapa hari ke depan.

 

Waktu dan Lokasi yang Harus Diwaspadai

Dari hasil pemantauan BMKG wilayah yang akan berpeluang mengalami gelombang tinggi yaitu mulai 22 Juli-26 Juli 2018 di Arafuru dan perairan Jayapura dengan ketinggian 2,5 meter dan dapat mencapai empat meter atau kategori berbahaya.

Juga di perairan Sabang, perairan Utara dan Barat Aceh, perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, barat Bengkulu hingga Kepulauan Enggano, perairan Barat Lampung, selat Sunda bagian selatan Jawa hingga Sumbawa, Selat Bali, Selat Lombok bagian selatan, dan perairan selatan Pulau Rote.

Pada 24 hingga 26 Juli berpeluang terjadi peningkatan gelombang lebih tinggi lagi sampai enam meter atau sangat berbahaya di perairan Barat Aceh, perairan Barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Samudera Hindia barat Sumatera hingga perairan selatan Jawa hingga Sumba, Selat Bali, Selat Lombok Selat Alas bagian selatan, Samudera Hindia bagian selatan, Jawa hingga NTB.

"Sekali lagi kami minta agar nelayan dan operator pelayaran mewaspadai kondisi cuaca ekstrem," kata Dwikorita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya