Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendengar secara langsung keluhan eksportir terkait hambatan dalam rangka peningkatan ekspor Indonesia di acara Gathering Eksportir Indonesia. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh peserta yang hadir.
Direktur Great Giant Foods, Welly Soegiono curhat kepada Sri Mulyani selama ini pengenaan bea masuk untuk pisang ke Korea dikenai bea sebesar 30 persen. Angka ini jauh lebih mahal dibandingkan bea masuk dari beberapa negara tetangga Indonesia.
"Masalahnya justru di ekspor. Kami mengalami masalah terutama pengenaan bea masuk contohnya ke Korea pisang kita kena 30 persen tapi dari Vietnam 15 persen. Sementara ke Jepang pisang kita kena 3 persen lebih mahal dari Vietnam," ujarnya di Gedung DJBC, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya dari Vietnam, pisang Indonesia juga mendapat pengenaan bea masuk 15 persen jika diekspor ke Eropa. Padahal dibanding dengan Filipina angka ini jauh lebih mahal, sebab negara tersebut tidak mengenakan biaya alias 0 persen jika mengekspor ke Eropa.
"Ke Eropa kita kena 15 persen tapi Filipina 0 persen. Ini sudah 10 tahun terjadi, padahal masing-masing kementerian punya direktorat jenderal kerjasama luar negeri," jelas Welly.
Welly melanjutkan, dalam rangka peningkatan ekspor, pihaknya telah melakukan kerja sama business to business (btob) dengan China agar dapat melakukan ekspor nenas. Namun hal ini masih menemui hambatan.
"Mengenai peningkatan ekspor, kami sudah berkomunikasi dengan China untuk ekspor nanas segar itu sudah lebih dari 10 tahun masih belum masuk ke Cina. kita sudah usaha sendiri B2B tapi pemerintahnya belum bisa. Sementara, Malaysia, Fhilipina dan Thailan sudah bisa masuk ke China," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Respons Sri Mulyani
Keluhan Welly langsung mendapat respons dari Sri Mulyani. Dia berjanji akan segera menindaklanjuti keluhan tersebut kepada kementerian terkait.
"Ini adalah kritik yang bagus dan akan disampaikan kepada Menko Perekonomian, termasuk Menteri Perdagangan. Indonesia bisa melakukan lobi untuk sesama negara Asia dan apalagi kompetisi dari negara negara ASEAN," jelasnya
"Untuk China, Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perdagangan, penetrasi dengan RRT cukup banyak dan menguntungkan. Itu sudah solusi," sambungnya.
Reporter:Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement