Menko Darmin: Produksi Beras Tahun Ini 31 Persen di Bawah Target

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan data terbaru produksi beras 2018 sebesar 32,4 juta ton.

oleh Merdeka.com diperbarui 22 Okt 2018, 21:14 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2018, 21:14 WIB
Pasokan Melimpah dan Stok Gudang Penuh, Operasi Pasar Tidak Perlu
Bulog tak perlu melakukan operasi pasar beras. Karena jika stok beras di pasar berlebih, akan beresiko bagi petani.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan data terbaru produksi beras 2018 sebesar 32,4 juta ton. Angka ini 31 persen di bawah target produksi Kementerian Pertanian sebesar 48 juta ton hingga akhir tahun.

"Produksi beras kita tahun ini 31 persen di bawah data yang dipakai Kementerian Pertanian," ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution di Kantornya, Jakarta, Senin (22/10).

Darmin mengatakan, selama ini memang terdapat perbedaan data antara Kementerian Pertanian dengan persediaan beras yang ada. Untuk itu, pemerintah meminta BPS membuat data akurat dengan metode terbaru.

"Itu kan sudah disiapkan BPS beberapa tahun dari dulu kita memang ada dispute beda pendapat soal beras. Dan itu persoalan lama, bukan baru. Kemudian BPS perlu waktu untuk mengurusinya," jelas Menko Darmin.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah telah mendapat data produksi beras 2018 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Produksi beras hingga akhir tahun dihitung hanya akan mencapai 32,4 juta ton.

"Produktivitas itu yang hitung BPS sendiri, saya enggak ingat angkanya. Tapi intinya adalah dengan luas panen dan produktivitas, hasil perhitungan BPS yang terakhir adalah total produksi berasnya adalah 32,4 juta ton," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jakarta, Senin (22/10).

Menko Darmin mengatakan, prediksi ini telah menghitung seluruh luas baku lahan dan kemampuan panen lahan. Selain itu, beras sebesar 32,4 juta ton ini merupakan total produksi beras bersih setelah melalui proses gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG).

"Itu sudah dihitung mulai beras dipanen, kemudian setelah dipanen dia jadi GKP kan. Dari GKP ke GKG susutnya, hilangnya berapa itu udah dihitung. Kemudian dari GKG itu sudah dihitung sama mereka. Semua konversinya sudah ada. Setelah dihitung konversinya dapatnya produksi kita 32,4 juta ton," jelasnya.

 

Data Konsumsi

20151112-Beras Vietnam-Pelabuhan Tanjung Priok-Jakarta
Aktivitas penurunan beras impor dari sebuah kapal saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Sekitar 27 ribu ton beras tersebut didatangkan dari Vietnam untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, konsumsi Indonesia hingga akhir tahun diperkirakan akan mencapai 29,6 juta ton. Dengan adanya produksi sebesar 32,4 juta ton, maka selisihnya dengan konsumsi mencapai 2,85 juta ton. Meski demikian angka ini tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan karena tidak semuanya digelontorkan oleh petani ke pasaran.

"Di pihak lain konsumsi kita terlalu rumit saya ceritakan satu satu. Totalnya tahun ini 29,6 juta ton. Jadi sebenarnya kalau produksi saja masih ada lebih 2,85 juta ton. Tetapi, kelebihan produksi sebesar itu jauh di bawah, kalau tadinya bisa 20 juta ton itu lebihnya sekarang 2,85 juta ton dan anda tahu petani kita berapa banyak? 4,5 juta keluarga mereka pasti menyimpan ya 5 kg 10 kg itu ada di sana," jelasnya.

Untuk itu, kata Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut, suplai beras ke pasar memang tersendat tahun ini. Hal ini yang kemudian membuat pemerintah melakukan impor beras sejak awal tahun.

"Sehingga, memang suplai di pasar tahun ini tersendat. Itu sebabnya di awal tahun kita sudah mulai melihat, bahwa stok Bulog kok rendah sekali, bahkan pada waktu Maret kita mengimpor, itu stok Bulog tinggal 500.000 ton. Enggak pernah kejadian itu, terlalu rendah."

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya