Dalam 1 Pekan, Modal Asing yang Masuk SBN Capai Rp 9 Triliun

Total nilai modal asing yang masuk dari Januari hingga 25 Oktober 2018 mencapai Rp 22,97 triliun.

oleh Merdeka.com diperbarui 26 Okt 2018, 18:31 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2018, 18:31 WIB
Rupiah Tembus 13.820 per Dolar AS
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini melemah ke posisi di Rp 13.820. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, dalam satu pekan ini telah terjadi capital inflow alias aliran modal asing yang masuk ke surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 9,09 triliun.

"Portofolio asing masuk ke Indonesia, dalam minggu ini, terjadi di pembelian SBN Rp 9,09 triliun," kata dia dalam Konferensi Pers, di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (26/10/2018).

Jika dilihat dari awal bulan hingga 25 Oktober atau month to date (mtd) nilai aliran modal asing yang masuk mencapai Rp 8,26 triliun. Sedangkan total nilai modal asing yang masuk dari Januari hingga 25 Oktober 2018 mencapai Rp 22,97 triliun.

"Nah perkembangan ini mengkonfirmasi langkah yang ditempuh BI dalam bentuk kenaikan suku bunga yang dilakukan selama ini tujuannya agar daya tarik aset keuangan Indonesia itu tetap menarik aliran asing modal masuk," ungkap dia.

Meski demikian, Perry mengatakan jika dilihat dari saham selama pekan ini terjadi inflow Rp 200 miliar, sedangkan outflow sebesar Rp 4,4 triliun. Hal ini lebih dikarenakan perkembangan ekonomi dunia yang masih penuh ketidakpastian.

"Tapi secara keseluruhan langkah stabilisasi BI, untuk mendorong daya tarik aset keuangan, dan mendukung langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, dan itu juga menambah suplai di pasar valas, dan adanya dukungan perbankan, korporasi yang terus berkontribusi dalam mekanisme pasar mendukung stabilitas rupiah," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengamat Sebut Rupiah Melemah karena USS 20 Miliar Dana Asing Keluar dari RI

20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Ekonom Faisal Basri menyebut penyebab utama pelemahan rupiah pada tahun ini berkaitan dengan keluarnya dana asing hingga USD 20 miliar dari Indonesia pada 2017. Dana tersebut merupakan repatriasi dari keuntungan perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia.

"Usaha di Indonesia ini keren banget. FDI (Foreign Direct Investment) datang ke Indonesia untungnya itu banyak. Tapi untungnya itu kan mereka bawa pulang kan," kata Faisal pada Selasa 2 Oktober 2018.

Faisal mengungkapkan, pada tahun lalu, asing membawa pulang keuntungan yang berhasil mereka dapatkan di Indonesia hingga USD 20 miliar. 

"Yang mereka bawa pulang itu USD 20 miliar, jadi sumber rupiahnya memburuk itu bukan karena impornya naik , iya itu penyebab , impor minyak juga naik iya itu penyebab, tapi penyebab utamanya adalah repatriasi laba perusahaan asing di Indonesia USD 20 miliar," dia kembali menegaskan.

Dia menjelaskan, angka repatriasi tersebut jauh lebih besar dibanding defisit impor migas sebesar USS 11 miliar.

Dia pun menyarankan pemerintah untuk segera membuat aturan tegas mengenai batas repatriasi. Jika 25 persen profit atau keuntungan asing diwajibkan untuk tetap berada di Indonesia itu akan sangat membantu stabilisasi rupiah di pasar global.

"Tanamkan kembali di Indonesia, 25 persen saja. Jadi 5 persen dari USD 20 miliar kan USD 5 miliar," ujarnya.

Angka USD 5 miliar tersebut bahkan jauh lebih besar dari penghematan yang dilakukan pemerintah yaitu kenaikan bea masuk impor beberapa komodita dan kenaikan pajak Pph pasal 22.

"Itu sudah jauh lebih banyak dari penghematan yang dilakukan oleh negara dengan menahan atau menaikkan bea masuk atau pajak PPh pasal 22 itu. Ribet segala macam itu, efeknya gak sampai USD 1 miliar dolar, ini langsung take USD 5 miliar," tegasnya.

Selain itu, Faisal menjelaskan jika uang tersebut tetap berada di Indonesia akan menguntungkan bagi perusahaan asing itu sendiri.

"Nah mereka kan pumya uang, pilihannya dibawa pulang atau ditanamkan kembali di Indonesia karena kalau ditanamkan kembali di Indonesia hasilnya lebih baik , itungannya cuma hasil, hasilnya lebih tinggi jika ditanam kembali di Indonesia," ujarnya.

Dia berharap pemerintah bisa segera mengambil sikap atas kondisi tersebut. Terlebih saat ini pembagian keuntungan atau dividen sudah di depan mata.

"Ini kan sudah mulai lagi, dividen itu kan triwulanan di bayarnya, ini sudah masuk triwulan keempat, dibayar. Ini harus segera kita tawarkan kepada mereka (perusahaan asing) supaya mereka betul-betul setidaknya bisa menahan (tidak membawa pulang keuntungannya) untuk sementara waktu," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya