BI Siapkan Strategi Antisipasi Ketidakpastian Ekonomi Global

BI terus berada di pasar dan bila diperlukan maka akan lakukan pembelian SBN di pasar sekunder.

oleh Merdeka.com diperbarui 01 Nov 2018, 19:15 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2018, 19:15 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo di acara Central Banking Forum di Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali
Gubernur BI Perry Warjiyo di acara Central Banking Forum di Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Dok: BI

Liputan6.com, Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai potensi risiko utama yang patut dicermati saat ini masih berasal dari arah kebijakan pemerintah AS dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonominya yang berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia, khususnya mitra dagang utama AS.

Sebagai akibatnya, terjadi perlambatan dan ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi global yang berdampak negatif terhadap perekonomian domestik. Sementara itu, dari dalam negeri, potensi risiko masih berasal dari defisit transaksi berjalan yang terus melebar, nilai tukar yang terus tertekan, serta ketergantungan pada ekspor komoditas tertentu.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebutkan KSSK terus melakukan pemantauan dan mitigasi berkelanjutan atas dampak dari berbagai potensi risiko tersebut terhadap Stabilitas Sistem Keuangan.

"Mitigasi tersebut di antaranya, di bidang moneter, untuk turunkan defisit transaksi berjalan. Makanya BI sejak Mei sudah naikkan suku bunga hingga 150 bps, itu bukan karena inflasi, tapi untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan Indonesia, sekaligus untuk turunkan defisit transaksi berjalan," kata Perry dalam acara konfrensi pers KSSK, di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Dia mengungkapkan, BI juga terus berada di pasar dan bila diperlukan maka akan lakukan pembelian SBN di pasar sekunder. "Ini juga melalui operasi moneter di pasar uang dan SBN. BI juga lakukan di pasar valas, setelah kami berhasil dorong pasar swap valas," ujarnya.

Dia juga mengatakan BI juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar Ruplah maupun pasar valas. Pada hari ini BI memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dalam rangka mempercepat pendalaman pasar valas serta memberikan alternatif instrumen lindung nilai bagi bank dan korporasi. Transaksi DNDF sudah berjalan dan sekitar 30 bank sudah signing.

"Dengan telah dibukanya DNDF, ratenya bisa lebih rendah dari ini. Ratenya ikut rate DNDF. Ini kami lakukan agar likuiditas bagi bank dan korporasi terjaga," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Skala Internasional

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Forum Investasi Indonesia 2018 di Bali
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Forum Investasi Indonesia 2018 di Bali. Dok: BI

Mitigasi dalam skala internasional juga telah dilakukan Bl dengan memperkuat jaring pengaman keuangan internasional bekerjasama dengan otoritas dari beberapa negara. Di sela-sela rangkaian lMF-WB Group Annual Meetings 2018 di Bali. pada 11 Oktober 2018.

BI dan Monetary Authority of Singapore melakukan kesepakatan awal kerja sama keuangan dalam bentuk bilateral swap and repo arrangements senilai ekuivalen USD 10 miliar.

Selanjutnya, pada 14 Oktober 2018, Bl dan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan) yang bertindak sebagai agen Kementerian Keuangan Jepang telah menandatangani amandemen perjanjian kerja sama Bilateral Swap Arrangement (BSA) senilai USD 22,76 miliar.

"Sekarang BI sudah punya kerja sama swap dengan Korea, Australia, Jepang, Singapura, kami tinggal tahap akhir kerja sama dengan China," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya