Perlambatan Ekonomi AS Bikin Rupiah Menguat ke 14.286 per Dolar AS

Pelemahan sektor industri di Amerika Serikat disinyalir akibat dampak perang dagang yang berlangsung dengan China.

oleh Arthur Gideon diperbarui 04 Jan 2019, 10:46 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2019, 10:46 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat ini. Kekhawatiran perlambatan ekonomi AS menjadi alasan penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (4/1/2019), rupiah dibuka di angka 14.380 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan panutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.416 per dolar AS.

Menjelang siang, rupiah terus menguat hingga menyentuh angka 14.286 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 0,72 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.350 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Kamis kemarin yang berada di angka 14.474 per dolar AS.

"Dolar AS mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah didorong oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap perlambatan ekonomi Amerika Serikat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail seperti dikutip dari Antara.

Ia mengemukakan data Institute for Supply Management (ISM) manufaktur Amerika Serikat Desember yang tercatat sebesar 51,1 lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 62,1. "Data tersebut merupakan yang terendah sejak November 2016," katanya.

Ia menilai pelemahan sektor industri di Amerika Serikat disinyalir akibat dampak perang dagang yang berlangsung dengan China.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, penutupan pemerintah Amerika Serikat juga menjadi salah satu faktor yang menekan mata uang dolar AS sehingga mendorong penguatan rupiah.

"Pasar menilai, penutupan pemerintah AS akan memperlambat ekonominya sehingga memicu pelepasan terhadap aset berdenominasi dolar AS dan beralih ke negara dengan prospek ekonomi positif, salah satunya Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, ekonomi nasional relatif cukup kondusif, data inflasi yang terkendali memberi harapan pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gubernur BI Yakin Rupiah Bakal Menguat di Tahun Politik

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pergerakan nilai tukar rupiah akan lebih stabil di 2019. Selain itu, rupiah juga akan cenderung menguat di tahun politik ini.

Perry mengungkapkan, pada 2018, nilai tukar rupiah memang mengalami depresiasi. Namun depresiasi tersebut dinilai masih dalam level yang terkendali.

"Di 2018 itu terkendali, stabil, depresiasi kurang dari 6 persen atau 5,9 persen," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Meski mengalami depresiasi, lanjut dia, namun pelemahannya masih lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang negara lain.

"Jauh lebih rendah dari depresiasi India atau pun negara lain, Brasil, Afrika Selatan, Turki atau pun Argentina. Secara keseluruhan depresiasi rupiah terkendali dan volatilitas yang terjaga sekitar 8 persen," ungkap dia.

Sementara untuk 2019, kata Perry, BI meyakini nilai tukar rupiah akan cenderung mengalami penguatan. Pasalnya, banyak faktor di tahun ini yang akan mendorong penguatan tersebut.

"2019 kami melihat rupiah akan bergerak lebih stabil dan cenderung menguat. Rupiah saat ini masih undervalue. Semua faktor akan mendorong rupiah lebih stabil dan menguat ke depan. Pertama, kenaikan FFR akan lebih rendah dari yang kita perkirakan. Kedua, kredibilitas atau konsistensi kebijakan yang ditempuh BI maupun pemerintah. Ketiga, CAD yang lebih rendah. Keempat adalah mekanisme pasar valas, tidak hanya di spot, swap maupun DNDF," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya