Liputan6.com, Jakarta Masyarakat sempat resah dengan fakta harga tiket pesawat rute domestik lebih mahal dibanding rute luar negeri. Misalnya Jakarta - Batam lebih mahal dibanding Jakarta - Singapura.
Kemudian rute Aceh - Jakarta lebih mahal dibanding rute Aceh - Jakarta transit ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan harga tersebut. Salah satunya terkait pengenaan pajak, perbedaan harga bahan bakar avtur hingga pemberian insentif dari negara asing.
Advertisement
Baca Juga
Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie menilai jika membandingkan tarif pesawat rute domestik dengan rute luar negeri tidak apple to apple. Karena ada beberapa faktor yang harus dicermati.
Selain itu, meski lebih murah namun rute ke luar negeri memiliki kekurangan. Yaitu waktu perjalanan yang lebih lama sebab harus transit dan ada waktu tunggu.
"Ini tuh harus apple to apple. Beda nya kalau lewat KL itu harus mwnunggu 10 jam karena transit. Selain itu pajak. Unsur domestik itu ada pajaknya, sedangkan kalau internasional tidak termasuk pajak, ini yang harus kita perhatikan," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa beberapa negara seperti Singapura memberikan insentif kepada maskapai yang membuka rute penerbangan ke negaranya. Sehingga tarif yang dipatok untuk penumpang bisa menjadi lebih murah.
"Setiap airline yang membuka rute baru itu mendapat insentif dari pemerintah Singapura, SGD 100 ribu per tahun seperti mereka buka dari Singapura ke Banyuwangi atau Surabaya misalnya," ujarnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Â
Tanggapan Garuda Indonesia
Dalam kesempatan serupa, Direktur Utama Garuda Indonesia Airlines (GIA), Ari Ashkara mengungkapkan ada perbedaan harga bahan bakar pesawat saat diisi di dalam negeri dengan di luar negeri.
Dia menyebutkan, harga avtur atau fuel yang dijual oleh Pertamina lebih tinggi untuk rute domestik dibanding rute internasional. Sebab di luar negeri, Pertamina memiliki banyak saingan sehingga harus memasang tarif yang bersaing.
"Yang saya dapat dari maskapai memang di internasional pertamina lebih kompetitif. Misalnya Sriwijaya ke Singapura diberikan lebih murah dibanding di Surabaya. Makin ke timur makin mahal," ujarnya.
Advertisement