Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menko Maritim, Rizal Ramli membeberkan sejumlah strategi untuk membuat Indonesia lepas dari status importir menjadi eksportir beberapa komoditas pokok, antara lain beras, gula, dan jagung.
"Mau tidak mau kita harus buka 1 juta hektar sawah baru. Tapi jangan terlalu berpetualang, bereksperimen seperti sawah pasang surut zaman Pak Harto 1 juta. Itu di Kalimantan gagal karena kualitas airnya beda," kata dia, di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Sawah baru dengan total satu juta hektar tersebut, kata dia dapat dibuka di sejumlah daerah, yakni Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Memberamo, dan Bangka. "Kenapa dipilih karena satu daerah datar, airnya banyak, matahari bagus. Kita bisa bikin dalam waktu kurang dari 5 tahun," ujar dia.
Advertisement
Baca Juga
Dengan demikian, akan ada tambahan produksi beras hingga 5 juta ton setiap tahun. "Akan ada tambahan produksi beras 5 juta ton setiap tahun. Kita kalau lagi cuaca panas sekali kita kurang 2 juta ton. Sekarang kita jaga 2 juta ton atau 2,5 juta sudah cukup," tutur dia.
"2,5 juta ton kita kasih kredit negara-negara yang perlu bantuan, Afrika, Asia. Kita ubah Indonesia dari importir beras jadi eksportir beras dalam waktu lima tahun."
Selain itu, perlu juga dibangun 0,5 juta hektare ladang gula baru dengan kualitas bibit unggul dengan produktivitas 2 kali lipat dari bibit yang ada sekarang. Perkebunan itu kata dia, akan berkonsep integrated farming.
"Perkebunan gula kita tidak hasilnya hanya gula. Bongkahannya bisa diproses jadi etanol dan lain-lain, ternyata penghasilan petani dari yang lain-lain itu bisa lebih tinggi dari pendapatan jual gula. Jadi harus ada integrated farming."
"Gula aren bagus. Buat tanah sangat bagus dia simpan air. Gulanya juga mengurangi diabetes. Nanti kita bikin kebun gula-gula aren di luar Jawa," imbuhnya.
Sementara itu untuk meningkatkan produksi jagung, perlu ada tambahan 1 juta hektar ladang jagung baru. Ini tentu dapat memenuhi kebutuhan jagung domestik. "Mau tidak mau kita juga harus tanam 1 juta (hektar) jagung lagi supaya kita jadi penghasil untuk makanan ternak. Supaya harga ayam kita stabil," kata dia.
"Bayangan lapangan kerja yang dapat dihasilkan. 1 juta sawah baru, 0,5 juta hektar kebun tebu. 1 juta hektar jagung. Rakyat kita akan banyak pekerjaan," urai dia.
"Kami ingin 2019-2024 kita mencapai kedaulatan pangan. Karena itu kita butuh Presiden yang modalnya bukan hanya slogan. Yang modalnya bukan hanya kampanye kedaulatan pangan tapi sungguh-sungguh menciptakan kedaulatan pangan," ia menambahkan.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Kritik Kebijakan Impor Pemerintah
Selain itu, Rizal Ramli kembali mengkritik kebijakan impor yang dilakukan pemerintah. Menurut Rizal kebijakan impor yang diambil pemerintah merupakan solusi yang tidak tepat terhadap sejumlah persoalan, salah satunya gejolak harga.
Pemerintah, kata dia, seharusnya sudah memiliki blue print alias kerangka kerja yang jelas dalam mengatasi berbagai persoalan termasuk gejolak harga.
"Kok Enggak ada blue print, supaya ini hanya masalah temporer, tapi 5 tahun ada blue print supaya masalah jagung kita cukup," kata dia, di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Selasa 29 Januari 2019.
Dia menuturkan, tanpa adanya blue print tersebut, maka ujung-ujungnya impor komoditas seperti beras dan jagung kerap menjadi jalan keluar yang diambil pemerintah.
"Jadi bukan setiap ada kesulitan, rapat, keluarkan izin impor. Kalau model begitu anak SD juga bisa jadi pejabat," tegasnya.
"Setiap kali ada gejolak harga, menteri rapat, keluarkan surat impor sekian ratus ribu ton. Kalau gitu mah anak SD saja kita angkat jadi menteri," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement