Liputan6.com, Washington D.C. - Miliarder Howard Schultz, Pemilik Starbucks, makin gerah akibat kritikan atas kekayaannya. Ini terjadi karena mulai muncul tudingan tidak sedap terkait cita-citanya menjadi presiden Amerika Serikat (AS).
Salah satunya adalah fakta bahwa Schultz adalah seorang miliarder. Itu disinyalir membuatnya tidak memahami kehidupan sehari-hari masyarakat umumnya. Ia pun angkat suara dan menyatakan kehidupannya justru merupakan "American Dream" karena sukses karena keringat sendiri.Â
"Saya dikritik karena seorang miliarder. Mari kita bahas itu. Saya berusaha sendiri ... Saya berpikir demikianlah mimpi orang Amerika, aspirasi Amerika," ujar Schultz di MSNBC.
Advertisement
Baca Juga
Ia pun menjelaskan segudang prestasi yang diraihnya kala menjadi bos Starbucks. Di antaranya adalah jaminan kesehatan, pemberian saham, dan biaya kuliah gratis.Â
"Dan Elizabeth Warren (senator Partai Demokrat) ingin mengkritik saya karena sukses?" ujarnya. Warren sempat saling sindir dengan Schultz perihal masalah pajak miliarder. Mantan CEO Starbucks ini menilai wacana Warren berbau sosialisme.
ÂÂÂView this post on Instagram
"Dan Elizabeth Warren (senator Partai Demokrat) ingin mengkritik saya karena sukses?" ujarnya. Warren sempat saling sindir dengan Schultz perihal masalah pajak miliarder. Mantan CEO Starbucks ini menilai wacana Warren berbau sosialisme.
Mengenai partai, Schultz mengaku bukan anggota Partai Demokrat atau Partai Republik. Ia percaya sistem perekonomian AS perlu dirombak.
Menurut Forbes, kekayaan terkini mantan bos Starbucks ini mencapai USD 3,4 miliar atau Rp 47,7 triliun (USD 1 = Rp 14.032). Ini menjadikan Schultz sebagai miliarder lain yang ingin maju sebagai presiden setelah Donald Trump.
Miliarder Tolak Usulan Senator AS Naikkan Pajak Orang Kaya
Senator Elizabeth Warren dari Massachusetts, Amerika Serikat (AS), mengungkapkan rencana menambah pajak para miliarder sejumlah 3 persen. Nama rencana Warren adalah "Ultra-Millionaire Tax".
Dijelaskan Market Watch, proposal Warren adalah menambah pajak sebesar 2 persen bagi warga AS yang hartanya di atas USD 50 juta.
Apabila harta mereka di atas USD 1 miliar, maka pajak bertambah 3 persen. Miliarder seperti Bill Gates dan Warren Buffett pun harus membayar lebih banyak uang untuk pajak.
Masalahnya adalah, kekayaan versi pajak Warren hanya menghitung harta keseluruhan, sementara banyak miliarder memiliki harta berdasarkan saham yang mereka miliki, sehingga timbul pertanyaan bagaimana para miliarder harus membayar pajak ini.
Salah satu miliarder terkaya AS, Michael Bloomberg, menentang rencana ini dan menyebut kemungkinan rencana itu tidak konstitusional. Penolakan pun datang dari mantan CEO Starbucks Howard Schultz yang menyebut Warren semata mencari perhatian.
"Ketika saya melihat Elizabeth Warren tampil dengan rencana konyol menambahkan pajak orang kaya sebanyak 2 persen karena itu membuat headline ... itu adalah perbuatan yang ngawur," ucap Schultz kepada NPR.
Warren merespons kalem kritikan dua miliarder itu. "Ada lagi miliarder yang berpikir para miliarder seharusnya tidak membayar lebih banyak pajak. Tak mengejutkan, tetapi itulah cara kita membangun masa depan negeri ini," ujarnya.
Bila rencana pajak miliarder sah, total uang yang bisa dikumpulkan dalam 10 tahun berkat rencana pajaknya adalah USD 2,75 triliun (Rp 38,8 ribu triliun). Warren pun sudah resmi mencalonkan diri sebagai calon Presiden AS dari Partai Demokrat untuk tahun 2020.
Advertisement