Liputan6.com, Seattle - Miliarder Howard Schultz, mantan bos Starbucks, bersiap merebut kursi kepresidenan dari Presiden Donald Trump. Rencananya, Schultz akan maju sebagai calon independen.
Dilaporkan Fox Business, Schultz serius mempertimbangkan langkahnya ini. Ia pun sudah sering buka suara terkait isu politik terkini dan pernah mengkritik dua kubu politik di negaranya.
Advertisement
Baca Juga
Schultz memiliki pandangan kritis melawan kebijakan Donald Trump yang dicalonkan Partai Republik. Namun, ia juga kritis pada Partai Demokrat yang menurutnya sudah terlalu "kiri".
Tahun lalu, Schultz sudah menyampaikan minatnya dalam urusan publik, seperti membantu orang-orang yang terpinggirkan akibat kebijakan Trump.
Bila mantan bos Starbucks ini benar maju sebagai calon presiden, ia harus bersiap menghadapi Donald Trump serta para politisi senior Partai Demokrat seperti Elizabeth Warren, bahkan Hillary Clinton.
Howard Schultz adalah miliarder dengan harta USD 3,3 miliar atau Rp 46,4 triliun (USD 1 = Rp 14.063). Kariernya di Starbucks bermula pada tahun 1982 sebagai direktur operasi dan pemasaran, kala itu hanya ada empat toko Starbucks.
Sebagai seorang CEO, pria asal Brooklyn ini memimpin perusahaan sejak tahun 1987 hingga 2000, kemudian kembali lagi pada 2008 hingga 2017. Sekarang, Starbucks memiliki 28 ribu toko di 77 negara dan Schultz berperan sebagai chairman emeritus.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mulai 2020, Starbucks Setop Pakai Sedotan Plastik
Demi ikut serta dalam menjaga lingkungan, Starbucks mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan pemakaian sedotan plastik di gerai mereka.
Hal ini diungkapkan pihak Starbucks di situs resmi mereka. Menyetop pemakaian sedotan disebut sebagai respons atas permintaan dari mitra dan konsumen mereka.Â
"Langkah ini adalah jawaban dari mitra kami terkait apa yang bisa kami lakukan untuk mengurangi pemakaian sedotan. Tidak memakai sedotan adalah hal terbaik yang bisa kami lakukan demi lingkungan " ucap Colleen Chapman, wakil presiden Starbucks padadampak sosial global.
Starbucks juga sedang gencar mengajak pelanggan untuk ikut gerakan BYOT (Bring Your Own Tumbler, Bawa Sendiri Tumblermu) dengan tujuan mengurangi pembuangan. Pihak perusahaan pun mulai menjual gelas yang bisa digunakan kembali (reusable). Sayangnya, sejauh ini produk itu belum dijual di seluruh dunia.
Sisa-sisa pembuangan materi berbahan plastik, seperti sedotan, ternyata cukup menyakiti lingkungan, terutama lautan. Berdasarkan data dari Get Green Now, sedotan plastik ada di urutan 11 dalam daftar sampah plastik yand ditemukan di laut.
Hasilnya, 1 juta burung laut dan 100 ribu hewan laut mati karena memakan plastik. Ditambah lagi, butuh 200 tahun sampai plastik bisa tercerai berai.
Selain Starbucks, perusahaan-perusahaan besar lain juga telah bertindak untuk mengurangi pemakaian sedotan plastik, di antaranya adalah McDonald's dan hotel Marriot International.
Advertisement