Harga Minyak Mentah Turun 2,5 Persen karena Sengketa Perang Dagang

Harga minyak menunjukkan kenaikan 20 persen sepanjang tahun ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Feb 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 06:15 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh pada perdagangan Kamis karena pasar menghadapi kekhawatiran pertumbuhan permintaan global akan melemah di tahun mendatang.

Mengutip CNBC, Jumat (8/2/2019), rebound harga minyak dari posisi terendah di akhir Desember tampaknya terhenti di tengah kekhawatiran bahwa perang dagang AS dengan China akan berlanjut sehingga membebani permintaan.

Pada juga tengah mendalami adanya kemungkinan bahwa produsen minyak dunia tidak akan mematuhi sepenuhnya pemotongan produksi yang telah disepakati pada tahun lalu.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir USD 1,37 lebih rendah di level USD 52,64 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka internasional Brent turun USD 1,05 per barel atau 1,7 persen menjadi USD 61,64 per barel.

"Koreksi terhenti, terutama pada kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan," kata Gene McGillian, direktur Riset di Tradition Energy, Stamford, Connecticut, AS.

"Tampaknya ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dengan pembicaraan perdagangan, dengan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan di tahun mendatang," lanjutnya.

Secara khusus, katanya, pasar khawatir tentang apakah permintaan cukup untuk menyerap pertumbuhan produksi minyak mentah dari AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Data

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Meskipun AS menerbitkan data pekerjaan yang kuat pekan lalu, pasar global tetap gelisah setelah China melaporkan pertumbuhan ekonomi tahunan terendah dalam hampir 30 tahun pada Januari.

Saat ini, fokus perhatian investor menuju hasil pembicaraan AS-China untuk mengakhiri perang perdagangan antara dua negara dengan ekonomi paling besar di dunia tersebut.

Harga minyak juga berada di bawah tekanan karena data mingguan yang diterbitkan oleh Administrasi Informasi Energi AS pada hari Rabu menunjukkan peningkatan yang tidak diinginkan pada stok minyak mentah.

Penurunan produksi OPEC dan merosotnya pasokan dari Iran dan Venezuela karena sanksi AS telah membuat banyak analis memperkirakan bahwa pasar akan seimbang pada 2019.

Harga minyak menunjukkan kenaikan 20 persen sepanjang tahun ini.

Dukungan harga diberikan oleh pemangkasan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memperketat pasar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya