Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti memperlihatkan obrolan dirinya dengan pengusaha di sebuah aplikasi chatting.
Dari obrolan tersebut, Susi Pudjiastuti mengungkapkan pengusaha perikanan tangkap di Indonesia masih banyak yang belum patuh terhadap aturan.
Dia menuturkan, ekspor perikanan Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Namun, sebetulnya masih banyak yang belum dilaporkan.
Advertisement
"Ada yang WA, 'ibu saya sudah bayar tapi belum jadi-jadi. Terus  satu tahun operasi 9 bulan masa dapat 2 miliar saja. Saya kasih emoticon," kata Susi saat memperlihatkan tangkapan layar percakapannya dengan pengusaha, di Kantor Staff Presiden, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Baca Juga
Kemudian, dia melanjutkan, pengusaha tersebut bertanya sebetulnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) maunya apa.
"Maunya apa? saya jawab lagi pakai tanda pentung (tanda seru) begitu jengkel juga. Jadi bu Susi mau saya lapor berapa? benar-benar kurang ajar sekali ini namanya pengusaha sama menterinya ngomongnya begitu coba," ujar dia.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Dia mengungkapkan telah meminta para pengusaha memperbaiki laporan pendapatannya. Bahkan Agustus tahun lalu Susi mengaku telah membuat sebuah video peringatan.
"Tahun lalu saya bikin video peringatan pada semua pengusaha karena dengan catatan kita kenaikan ekspor 10 sampai 12 persen itu unreportednya (tidak dilaprokan) masih eighty persen," ungkapnya.
Â
Menteri Susi Keluhkan Minimnya Kepatuhan Pengusaha
Dia mengeluhkan kepatuhan para pengusaha masih sangat minim. Meski sudah memperbaiki, laporan pengusaha masih belum jujur.
"Semua pengusaha perikanan tangkap saya mohon saudara segera memperbaiki laporan hasil tangkapannya. Ada yang Rp 300 juta jadi Rp 2 miliar. Dari 20 ton jadi 200 ton, padahal dia nangkapnya 2.000 ton. Tapi ya itu dia, dari zaman dulu kita ini selalu seperti itu, everything is unreported. Nah kita mencoba membenahi transparansi," ujar dia.
Tidak hanya ikan, ekspor mutiara pun laporannya masih dimanipulasi. Misalnya ekspor ke mutiara ke Hong Kong tercatat hanya 4,1 ton. Sedangkan data impor milik Hong Kong, disebutkan telah mengimpor sebanyak 20 ton mutiara dari Indonesia.
"Yang belum open adalah data laporan dari para pengusaha yang tadi nangkap setahun 2.000 ton dia laporan cuma 200 ton. Kalau saya tekan (ditanya) kenapa kamu, (jawabnya) ibu maunya berapa. Dari Rp 200 juta naik ke Rp 300 juta naik ke Rp 2 miliar. Saya bilang belum cukup, kamu lasti lebih dari itu. Ini kepatuhan pengusaha belum cukup," ujar dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Â
Advertisement