Bekraf Ingin Layanan Video Juga Untungkan Produsen Film

Kepala Bekraf, Triawan Munaf mengatakan, pihaknya mengapresiasi kehadiran layanan video-on-top (OTT) di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2019, 18:42 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2019, 18:42 WIB
Dorong Produk UMKM Melalui Pasar Kita
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pasar Kita oleh Sahabat UMKM di Lippo Mall Puri, Jakarta, Sabtu (10/3). Kegiatan Pasar Kita akan berlangsung pada tanggal 10-11 Maret. (Liputan6.com/Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Triawan Munaf mengatakan, pihaknya mengapresiasi kehadiran layanan video-on-top (OTT) di Indonesia.

Kehadiran OTT diakui dapat mengurangi peredaran konten ilegal via platform digital, mempermudah masyarakat untuk mengakses film, serta memberi ruang bagi hadirnya sineas-sineas baru.

Namun, kata dia, hal yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah dampak secara finansial, khususnya bagi pendapatan para pembuat atau pemegang hak film yang memang masih kecil.

"Cuma sekarang mesti ada keseimbangan baru. Dengan dijualnya film-film kita, melalui OTT ini, revenue per stream-nya harus ada keseimbangan. Kita tahu revenue per stream atau pendapatan pembuat film pemegang film masih sangat kecil," kata dia, dalam Konferensi Pers, di Kantor BEKRAF, Jakarta, Senin (25/2/2019).

Meskipun demikian, pihaknya pun tidak bisa serta merta meminta platform OTT untuk menaikan bayaran bagi pembuat film.

Sebab penyedia layanan OTT tentu perhitungan bisnis tertentu, yang juga harus diperhatikan pemerintah.

"Namun kembali lagi, kalau dinaikkan Viu juga enggak bisa beroperasi. Akhirnya orang kembali ke pembajakan. Tidak mudah untuk menciptakan keseimbangan ini. Itu tantangan kita ke depan," ujar dia.

Terkait royalti bagi pembuat film, dia mengakui, besaran royalti di platform OTT memang belum memiliki standar yang pasti. "Nanti kita akan selalu bicarakan jangan sampai kehadiran medium ini tidak memberikan keuntungan secara finansial bagi para pemilik film," ujar dia.

"Kalau di layar jelas pembagiannya. Kalau di sini (OTT), memang susah dibuat standar. Karena ini akan tergantung berapa banyak jumlah pengguna nya, kalau penggunanya banyak bisa lebih besar dan juga biaya mereka dalam mengembangkan teknologi ini. Karena itu memerlukan biaya. Jadi ini hal yang harus kita perhatikan sebagai pemerintah," ia menambahkan.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

 

Target Jumlah Penonton Bioskop

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf melakukan sesi wawancara dengan media di sela-sela penyelenggaraan World Conference on Creative Economic (WCCE), Rabu, 7 November 2018 (Liputan6.com/Happy Ferdian Syah Utomo)
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf melakukan sesi wawancara dengan media di sela-sela penyelenggaraan World Conference on Creative Economic (WCCE), Rabu, 7 November 2018 (Liputan6.com/Happy Ferdian Syah Utomo)

Sebelumnya, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Triawan Munaf mengatakan, pihaknya menargetkan jumlah penonton film di bioskop menembus 60 juta penonton pada 2019. Angka ini naik dari tahun realisasi sebelumnya sebanyak 52 juta penonton.

"Kita menargetkan secara tidak resmi jumlah penonton atau jumlah tiket yang terjual bisa mencapai 60 juta. Tahun kemarin 52 juta. mudah-mudahan ini bisa tercapai," kata dia, dalam Konferensi Pers, di Kantor BEKRAF, Jakarta, Senin 25 Februari 2019.

Dia menuturkan, salah satu upaya yang dilakukan pihaknya untuk meningkatkan akses penonton terhadap film adalah dengan mendorong peningkatan jumlah layar. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 1.800 layar yang tersebar.

"Memang hari ini, layar yang ada masih di kota-kota besar, masih di mall-mall, yang kita harap ke depan lebih banyak mencapai para penonton film yang ada di kota-kota kecil yang selama ini susah mengakses film," ujar dia.

Oleh karena itu, pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan penyedia layanan video OTT (over-the-top), salah satunya Viu. Menurut dia, kerja sama dengan penyedia layanan video OTT, memberikan beberapa keuntungan, di antaranya memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menonton film.

"Memang sekarang yang kita butuhkan adalah jumlah layar. Dan ini memang salah satunya terjawab dengan adanya OTT," ungkapnya.

"Kemarin kita juga launching satelit Nusantara I, dan nanti Palapa ring nanti akan tersebar sehingga itu nanti akan memperbesar market dari OTT," ia menambahkan.

Triawan menuturkan, salah satu poin kerja sama dengan penyedia layanan OTT berkaitan dengan pendidikan untuk meningkatkan kapasitas pembuat film. Dengan keberadaan Viu yang tidak hanya media juga badan yang ikut mengembangkan kemampuan sineas kita, perkembangan film kita bisa diikuti dengan perkembangan kualitas," kata dia.

Dengan demikian, diharapkan ke depan, film Indonesia akan terus berkembang, tidak saja dari segi jumlah layar dan kemudahan mengakses film bagi masyarakat, melainkan juga mendorong peningkatan pelaku industri perfilman yang berkualitas.

"Satu hal yang belum kami capai adalah jumlah pelaku pembuat film itu sendiri. Bagaimana mendidik mereka menjadi pembuat film yang handal. Karena sekarang ini, dengan perkembangan produksi film nasional yang cukup pesat dirasakan oleh para perusahaan film sulit untuk mendapatkan sineas, sutradara yang bagus, penulis cerita, bahkan aktor pun yang itu-itu saja," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya