Sri Mulyani Ingatkan Pengusaha Jangan Lupa Bersyukur

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Feb 2019, 17:13 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2019, 17:13 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta kepada para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk mensyukuri atas pencapaian pertumbuhan ekonomi pada 2018. Sebab, untuk mencapai angka tersebut tidak mudah lantaran banyak gejolak terutama dari luar.

"APBN 2018 baru kita tutup, banyak volatilitas yang tidak biasa. Penerimaan (mencapai) 102 persen dari target, dan belanja kita hampir 100 persen," kata Sri Mulyani dalam acara Kadin Entrepreneurship Forum 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Rabu (27/2/2019).

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen. Angka ini menjadi salah satu capaian tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014 lalu.

Sri Mulyani menyampaikan, perekonomian Indonesia tahun lalu memang tumbuh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, dirinya meminta kepada seluruh para pelaku usaha tetap mensyukuri pencapaian pertumbuhan ekonomi di tahun lalu.

"Jadi kita itu kurang mensyukuri apa yang kita capai, itu natural dan normal. Ada baiknya mensyukuri nikmat," kata Sri Mulyani.

Ekonomi Indonesia terbilang berat lantaran kondisi perekonomian global yang terus bergejolak. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China, kemudian juga suku bunga The Fed yang terus meningkat membawa dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Dengan berbagai tantangan tersebut, Sri Mulyani mengklaim pemerintah bersama Bank Indonesia (BI), OJK, dan LPS berhasil menjaga stabilitas ekonomi Tanah Air. Salah satunya melakukan penyesuaian seperti suku bunga acuan yang dilakukan BI sebanyak tujuh kali selama tahun 2018.

"2018 kurs ada pergerakan karena ada kenaikan The Fed, tapi BI melakukan penyesuaian, sekarang naik 7 kali," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Moody's Prediksi Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5 Persen pada 2019

Ekonomi Indonesia 2019 Diprediksi Tumbuh di Atas Malaysia
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (25/2). Sementara negara tetangga seperti Malaysia proyeksi pertumbuhan ekonominya berada dalam kisaran yang sama, namun posisinya di bawah Indonesia. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Servicemengeluarkan laporan pembaharuan tahunan pada 13 Februari 2019. Dari laporan itu disebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun di bawah lima persen pada 2019-2020.

Hal itu lantaran kemungkinan pengeluaran pemerintah moderat dan laju pembangunan infrastruktur yang lebih lambat. Sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh kuat dan stabil dengan rata-rata lima persen dalam lima tahun terakhir.

"Perkiraan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) ini masih lebih kuat dari rata-rata untuk negara yang di peringkat Baa2 atau layak investasi," seperti dikutip dari laman Moody's, pada Rabu 13 Februari 2019. 

Selain itu, Moody’s menilai kalau Indonesia kurang terdampak dari perlambatan perdagangan global jika dibandingkan dengan ekonomi negara lain di Asia Pasifik, meski harga komoditas global yang lebih rendah akan bebani pertumbuhan.

Dari analisis kredit yang dilakukan Moody’s menunjukkan dari empat kategori yaitu kekuatan ekonomi termasuk tinggi, kekuatan institusional dinilai moderat. Sedangkan kekuatan fiskal sedang dan kerentanan terhadap risiko juga rendah.

Moody’s menunjukkan Indonesia yang disiplin mengelola fiskal mampu membuat defisit yang sempit dan beban utang yang rendah.

Akan tetapi, proporsi signifikan dalam kepemilikan investor asing di obligasi pemerintah membuat kedaulatan negara terpapar arus modal yang fluktuaktif mengingat harapan Moody’s akan kondisi moneter global yang lebih ketat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya