Tren Digital, Belanja Iklan Dalam Negeri Capai Rp 40 Triliun

Konsumsi digital masyarakat Indonesia juga tercatat semakin tinggi diikuti dengan konsumsi video digital yang semakin digemari.

oleh Bawono Yadika diperbarui 28 Feb 2019, 15:31 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2019, 15:31 WIB
(Foto: Liputan6.com/Bawono Y)
The Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia membahas mobile outlook and trends 2019 (Foto:Liputan6.com/Bawono Y)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi perdagangan global yakni The Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia membahas mobile outlook dan trends 2019. Salah satu yang dibahas ialah terkait tren digital pada industri media di Indonesia.

Pada kesempatan ini hadir berbagai CEO media seperti CEO & Co-founder KLY Steve Christian, CEO KG Media Andy Budiman dan direksi dari MMA Indonesia. 

Program Director MMA Asia Pacific, Azalea Aina menyebutkan, belanja digital di berbagai media mainstrem di Indonesia tercatat naik seiring perkembangan teknologi pada 2019.

Dia menuturkan, belanja digital sepanjang 2018 tercatat mencapai Rp 40 triliun, naik Rp 2 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

"Berdasarkan data Nielsen, uang belanja iklan Indonesia sebelum digital itu Rp 38 triliun dan sekarang menjadi Rp 40 triliun. Data ini diukur berdasarkan 200 website di Indonesia," ujar dia di Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Dia menambahkan, konsumsi digital masyarakat Indonesia juga tercatat semakin tinggi diikuti dengan konsumsi video digital yang semakin digemari.

"Konsumsi video juga semakin tinggi bertumbuh terutama ke vertikal video. 90 persen internet user di Indonesia juga mengakses android," ujar dia. 

Dia menyarankan, perusahaan dan agensi harus adaptif dalam melayani populasi pengguna seluler yang besar di Indonesia. Melalui inovasi, perusahaan dapat memanfaatkan jangkauan luas pemasaran untuk meningkatkan tingkat keterlibatan konsumen.

 

Pengguna Smartphone Meningkat, MMA Resmikan Cabang di Indonesia

MMA
Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani (paling kanan) bersama sejumlah board member MMA Indonesia. Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani

Sebelumnya, Mobile Marketing Association (MMA), meresmikan cabangnya di Indonesia yang dibentuk pada 19 Desember 2019.

Sebelumnya, MMA hadir di Indonesia dalam bentuk MMA Forum dan Smarties Award, forum dan penghargaan untuk brand dan pengiklan di Indonesia yang digelar oleh MMA APAC.

MMA sendiri merupakan satu-satunya asosiasi perdagangan global yang menyatukan seluruh ekosistem pemasar, agensi iklan, dan penjual teknologi yang saling terlibat.

Berdasarkan data Nielsen, belanja iklan di Indonesia sebanyak Rp 38 triliun, sedangkan setelah ada iklan di platform digital, angka ini meningkat jadi Rp 40 triliun. Potensi besar ini pula yang ikut membawa MMA hadir di Indonesia.

Diungkapkan oleh Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani, MMA Indonesia hadir untuk mempercepat transformasi dan inovasi pemasaran melalui seluler di Tanah Air.

Indonesia, kata Shanti, memiliki potensi iklan mobile yang sangat besar. Hal ini tidak terlepas dari pengguna smartphone dan perangkat mobile lainnya di Indonesia yang jumlahnya makin meningkat tiap tahun.

Indonesia juga merupakan satu dari 10 negara yang paling aktif berinternet. Hal inipun, bisa menjadi potensi untuk menjadi pasar yang paling menarik di industri pemasaran seluler.

"MMA hadir untuk membantu menciptakan lanskap pemasaran seluler yang berkelanjutan di Indonesia," tutur Shanti di Jakarta, Kamis 28 Februari 2019.

Shanti mengungkapkan Indonesia merupakan mobile first market. Artinya, pengguna internet lebih banyak yang terkoneksi melalui perangkat mobile ketimbang desktop.

Ada 80 persen pengguna internet terkoneksi melalui perangkat mobile, dan 75 persen pembelian dilakukan melalui smartphone dan perangkat mobile lainnya.

Melihat sangat banyaknya pengguna mobile di Indonesia, kata Shanti, diperlukan transformasi iklan dari yang tadinya iklan tradisional di televisi atau media cetak ke platform mobile.

"Transformasi sangat dibutuhkan unuk melihat ke masa depan dan membangun visi dan strategi ke sana, kami bermaksud menjaga tema global #shapethefuture hingga 2019 dan telha merancang serangkaian program untuk pasar Indonesia," tuturnya.

Untuk mendukung asosiasi, di Indonesia, MMA juga memiliki 9 orang dewan direksi dari ekosistem marketing mobile.

Kesembilan orang tersebut antara lain adalah CEO/ Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Hemant Bakshi, Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati, Presiden Direktur Nestle Indonesia Dharnesh Gordhon, CEO dan Founder KLY Steve Christian, CEO Havas Group Indonesia Anwesh Bose, CCO Gojek Antoine de Carbonnel, CEO GroupM Indonesia Himanshu Shekhar, CEO KG Media Andy Budiman, dan Direktur Eksekutif Media Nielsen Hellen Katherina.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya