Liputan6.com, Jakarta - Peraih Nobel Ekonomi 2004, Finn E. Kydland, bertamu ke Universitas Bina Nusantara (Binus) untuk berbagi ilmu soal kebijakan ekonomi.
Tak lupa, profesor kelahiran Norwegia itu turut berbagi dua wejangan bagi para mahasiswa yang hadir. Pesan Kydland yang pertama berhasil membuat para mahasiswa riuh. Apa pesan tersebut?
"Satu adalah belajar lebih banyak matematika," ujar dia pada Jumat (8/3/2019) di Auditorium Binus, Jakarta Barat.
Advertisement
Sontak, para audiens yang umumnya mahasiswa Binus langsung terpicu dan bereaksi ramai mendengar ajakan itu. Berikutnya, Kydland mengajak para mahasiswa memilih hal yang mereka cintai ketimbang uang.
Baca Juga
Nasihat ini Kydland berikan sebagai refleksi dalam hidupnya. Ia bersyukur karena sebagai pengajar ia bisa begitu mencintai pekerjaan-nya yang jauh dari rasa bosan.
"Yang kedua, saya menganggap diri saya sangat beruntung. Menjadi profesor bukanlah pekerjaan yang dulu saya pikir bakal lakukan. Ketika saya belajar di sekolah bisnis, saya pikir akan menjadi direktur di perusahaan dan dapat gaji besar," kenang Kydland.
Ia menyebut, gaji direktur sangatlah besar, sementara gaji dosen relatif lebih kecil. Meski begitu, ia menganggap dirinya sangat beruntung menjadi profesor karena kehidupan yang tidak membosankan menjadi nilai tambah yang mengalahkan pesona uang.Â
Ia pun mengajak para mahasiswa agar tak mencari kerja karena motivasi uang semata. "Saya menyarankan, jangan terlalu fokus mencari profesi agar kamu dapat pendapatan terbanyak. Carilah sesuatu yang benar-benar kamu cintai," kata dia.
Kydland berkata tak keberatan mendapat gaji yang lebih kecil demi melakukan pekerjaan yang ia cintai. Dia pun berterima kasih kepada seorang mentor yang mendorongnya masuk ke dunia pendidikan.Â
"Dia menyelamatkan saya dari kehidupan yang membosankan," ucap Kydland.
Â
Angkat Bicara soal Investasi Asing
Sebelumnya, peraih Nobel Ekonomi 2004, Finn Erling Kydland, angkat suara soal investasi asing di Indonesia. Meski belakang isu investasi asing, seperti dari China, sedang menjadi polemik, tetapi Kydland mengajak memahami esensi dasar dari investasi asing.
Ia menyebut, negara dapat mengambil keuntungan dari investasi asing untuk mendanai proyek-proyek yang tidak seluruhnya bisa dilaksanakan dengan dana domestik.
"Investasi asing, secara umum, seharusnya merupakan hal yang baik. Itu adalah cara membantu ketika negara tak memiliki sumber sendiri dan dana yang cukup," ujar dia dalam konferensi pers di Universitas Binus, Jakarta Barat pada Jumat 8 Maret 2019.
"Dan hal tersebut (investasi asing), jika dilakukan dengan benar, maka dapat membantu ekonomi tumbuh lebih cepat," ucap Kydland.
Lebih lanjut, dia juga mencontohkan negaranya sendiri, Norwegia, yang pada  1920 sampai 1930-an adalah negara yang sangat miskin.Â
Norwegia pun mengandalkan dana investor asing untuk membuat negaranya berkembang. Kydland berkata, Norwegia jadi tumbuh lebih cepat berkat investasi.Â
Ketika ditanyakan mengenai kasus investor China, Huang Xiangmo, yang mencoba mempengaruhi politik di Australia, Kydland menyebut kasus itu berbeda, sebab tidak memberikan kontribusi apapun bagi ekonomi.
"Menggunakan uang untuk mempengaruhi politisi adalah hal berbeda. Itu sama sekali tak membantu memperkaya sebuah negara," kata dia.
Secara ekonomi, Kydland menepis anggapan, investasi asing, seperti untuk infrastruktur atau pabrik, dapat berniat jahat. Menurut dia, setiap investor pasti ingin agar proyek sukses agar mendapatkan untung.
"Sebagai investor, kamu pasti selalu berharap mendapat untung. Kamu tak akan melakukannya kecuali yakin ada keuntungannya. Jadi saya tak dapat memikirkan contoh bahwa investasi dapat memiliki niat jahat atau buruk," kata dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement