Terkuak, Sosok Miliarder Paling Dibenci di Dunia

Jalani bisnis obat, miliarder ini tidak hanya meraup untung tapi menuai kebencian.

oleh Athika Rahma diperbarui 29 Mar 2019, 07:21 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2019, 07:21 WIB
Keluarga Sacklers, keluarga miliarder yang dibenci karena menjual opioid.
Keluarga Sacklers, keluarga miliarder yang dibenci karena menjual opioid.

Liputan6.com, London - Sebagian besar miliarder Amerika yang kita tahu, seperti Bill Gates dan Warren Buffet, dikenal sebagai filantropis, berdonasi ke museum dan universitas serta mengkoleksi lukisan. Mereka dipuja dan dikagumi.

Dibalik itu, ada miliarder yang berhasil meraup kekayaan dari bisnis penjualan obatnya, Purdue Pharma yang dikelola oleh keluarga Sacklers. Perusahaan ini memproduksi obat-obatan jenis opioid.

Opioid diklaim merupakan dalang dari meninggalnya ribuan warga Amerika Serikat. Sacklers pun dikucilkan oleh masyarakat.

Mereka menyatakan telah menolak donasi apapun yang diberikan oleh keluarga miliarder ini, dikutip dari BBC, Senin (25/03/2019).

Minggu ini, National Portrait Gallery di Inggris menolak bantuan dana sebesar Rp 16 miliar untuk pengembangan museum.

Di New York, Museum Solomon R Guggenheim yang sudah menerima bantuan total USD 9 juta atau Rp 127 miliar (Kurs 1 Dolar = Rp 14.217) menyatakan tidak akan menerima lagi bantuan dana apapun dari keluarga Sacklers.

Berapa kekayaan keluarga miliarder dan mengapa mereka dibenci karena menjual opioid?

 

Memiliki Kekayaan USD 13 Miliar

Keluarga Sacklers, keluarga miliarder yang dibenci karena menjual opioid.
Keluarga Sacklers, keluarga miliarder yang dibenci karena menjual opioid.

Keluarga Sacklers memiliki kekayaan USD 13 miliar atau sekitar Rp 184,8 triliun berdasarkan data Forbes. Keluarga ini memulai bisnisnya di Brooklyn, New York.

Arthur, Mortimer dan Raymond Sackler adalah dokter. Tiga bersaudara inilah yang membangun bisnis opioid awalnya. Pada awal 1950an mereka membeli perusahaan obat-obatan, Purdue Frederick yang kemudian berubah menjadi Purdue Pharma.

Purdue Pharma kemudian menciptakan OxyContin, obat penghilang rasa sakit sejenis opioid yang kemudian dipasarkan di Amerika Serikat pada tahun 1996. Obat ini kemudian disalahgunakan dan dikonsumsi berlebihan oleh masyarakat Amerika Serikat dan menimbulkan kematian.

Menurut data Centres for Disease Control and Prevention, jumlah kematian dari overdosis opioid di Amerika Serikat meningkat hingga 2017 lalu dan mencapai lebih dari 70 ribu orang.

Jaksa Agung Massachusetts, Maura Healey, baru-baru ini merilis sejumlah dokumen yang berpotensi memberatkan dan menuduh keluarga Sackler.

Mereka dituduh menggunakan praktik pemasaran yang melenceng tentang opioid sebenarnya dan dianggap memberikan informasi dan persepsi yang salah pada masyarakat. Padahal opioid adalah obat yang harus digunakan berdasarkan resep dokter.

Dikabarkan minggu ini Komite Pengawasan DPR Amerika Serikat menyatakan telah melakukan riset terhadap manajemen Sacklers mengenai dokumen strategi pemasaran Purdue dalam menjual OxyContin. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya