Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya Indonesia untuk terus ikuti perkembangan teknologi termasuk di industri.
Ia menyampaikan, hal itu saat menghadiri ulang tahun ke-10 PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Saat ini, Indonesia gencar mengkampanyekan mengenai industri 4.0.
Secara global, revolusi industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Advertisement
"Industri 4.0 ini menurut saya harus betul-betul kita cermati dengan arif dan pendidikan untuk ini harus betul-betul disebarkan secara luas," ujar Menko Luhut di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Baca Juga
Luhut melanjutkan, penerapan industri 4.0 dapat menekan perilaku korupsi. Sebab, industri 4.0 lebih banyak mengandalkan digital dari pada manual. Artinya, sistem ini meminimalisir pertemuan antar orang dengan orang dalam pengurusan izin atau yang lainnya.
"Jadi karenanya ini penting industri 4.0 di perbankan, tadi sudah saya katakan seperti OSS (online single submission) akan membuat korupsi berkurang karena orang sudah tidak ketemu orang lagi tapi ketemu mesin. Ini capaian luar biasa dari Presiden Jokowi," ujar dia.
Mantan Menteri Polhukam itu melanjutkan, penjajahan ke depan bukan lagi penjajahan teritorial. Namun, lebih kepada penjajahan teknologi dan ekonomi. Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak agar mampu bersaing menciptakan teknologi baru.
"Kita tidak akan mungkin dijajah secara teritorial. Yang ada bisa penjajahan teknologi atau ekonomi itu perkiraan strategis. Oleh karena itu postur kita harus mengarah ke sana tanpa kita masuk teknologi tadi kita ketinggalan," tandasnya.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Genjot Kompetensi SDM
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan implementasi industri 4.0 dinilai membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Peluang ini muncul karena Indonesia memiliki modal besar, yakni jumlah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama ada bonus demografi hingga 2030.
"Bonus demografi ini menjadi momentum bagi Indonesia, karena negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea sudah melewati kesempatan itu. Bahkan, Jerman yang sudah punya 4.0, tetapi dia kurang SDM-nya. Kalau bonus demografi sudah terlewati, negara itu terbebani dengan social cost lebih tinggi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis 7 Maret 2019.
Ia menuturkan, apabila Indonesia menerapkan industri 4.0 dengan didukung SDM yang kompeten, diyakini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup signifikan.
"Apalagi, SDM kita sangat menarik, karena anak-anak muda saat ini lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan teknologi baru," tutur dia.
Penggunaan teknologi itu tercermin dari penjualan ponsel pintar di pasar domestik yang menembus hingga 60 juta unit per tahun.
"Kalau kita bandingkan dengan Australia, penduduk kita lebih dari 10 kali lipat. Artinya, ekonomi kita berpotensi naik 10 kali lipat. Meskipun, saat ini income per kapita kita USD 3.800, mereka sudah USD 51.000," ungkapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement