Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Soemadi meninjau perkembangan pembangunan Runway 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Bandara Soetta), Kota Tangerang, Senin (15/4/2019).
Didampingi Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awalludin, Budi berkeliling runway 3 atau landasan pacu. Dia bersama rombongan mengecek perkembangan proyek tersebut. Proyek yang dikerjakan sejak 2018 tersebut, menurut Budi dapat beroperasional penuh pada Juni 2019.
"Runway 3 sendiri atau landasan pacu sekarang kira-kira menjelang 60 persen. Kita akan selesaikan, InsyaAllah akhir Juni bisa dipakai," kata Budi usai tinjauan.
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, Budi menjelaskan, runway 3 tersebut dapat memberikan ruang lebih untuk pergerakan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta.
Bila runway 3 selesai, dapat menampung hingga 114 pergerakan pesawat per jamnya, dari sebelumnya hanya dapat menampung 81 pergerakan pesawat setiap jamnya.
"Sebelumnya, per jam itu kira-kira 81 sampai 83 pergerakan, dengan runway 3 ini akan menjadi 114, jadi kurang lebih naik 30 persen lah," kata Budi.
Selain itu dengan adanya runway 3, Budi mengaku bisa mempermudah perawatan. Jadi pergerakan akan lebih leluasa, baik dari sisi maskapai atau juga pihak pengelola bandara.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Sementara, beda lagi dengan pembangunan paralel taxiway Bandara Soekarno-Hatta, yang pembangunannya diklaim sudah mencapai 93 persen dan dapat digunakan penuh pada Mei 2019.
Sehingga, dengan adanya tambahan ini tentu membuat kualifikasi bandara Soekarno-Hatta semakin baik. Kepercayaan masyarakat dunia dan aviasi juga bertambah.
"Juga menjadikan Soekarno-Hatta ini menjadi suatu showcase setelah kita selesaikan ini menjadi showcase yang baik sehingga safety lebih terjamin," tutur Budi. (Pramita Tristiawati)
Advertisement
Bandara Soetta Catatkan Ketepatan Waktu Terbang 93,8 Persen
Sebelumnya, Bandara Internasional Soekarno-Hatta mencatatkan tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) jadwal keberangkatan pesawat mencapai 93,8 persen pada Februari 2019. Angka ini kalahkan Bandara Changi, Singapura.
Tingkat OTP yang menggembirakan itu berdasarkan riset dari lembaga independen yang diakui industri penerbangan global yakni OAG. Adapun Hasil OTP yang tinggi itu membuat BandaraSoekarno-Hatta berada di Top 25 bandara dengan OTP terbaik.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan kinerja positif ini berdampak pada peningkatan pelayanan kepada penumpang pesawat. Dia menuturkan operasional di bandara yang terintegrasi dan didukung sistem teknologi informasi mampu membuat Soekarno-Hatta beroperasi secara efektif.
“Sejak 2017, Soekarno-Hatta memiliki pos komando terintegrasi yang disebut dengan Airport Operation Control Center atau AOCC, di mana ini adalah hasil kolaborasi dari Airport Operator, Airline Operator, Air Navigation, dan Authorities seperti Karantina, Bea Cukai, Imigrasi, Kepolisian, dan lain sebagainya," kata Awaluddin, Minggu, 7 April 2019.
OAG juga mencatat bahwa di antara Top 100 bandara dengan OTP terbaik, jumlah penerbangan di Soekarno-Hatta merupakan yang paling banyak kedua mencapai 16.093 penerbangan pada Februari 2019. Bandara dengan penerbangan paling banyak pertama adalah Changi di Singapura yakni 16.393 penerbangan, namun tingkat OTP 90,4 persen atau masih di bawah Soekarno-Hatta.
OAG merupakan perusahaan terkemuka dunia berbasis di inggris yang menyediakan informasi penerbangan digital, intelijen dan analitik untuk bandara, maskapai penerbangan dan perusahaan teknologi perjalanan.
“Seluruh operasional baik itu sisi udara dan sisi darat dipantau dari AOCC untuk menghasilkan kinerja yang efektif, dan hasilnya terbukti dengan OTP Soekarno-Hatta yang sangat membanggakan yakni tembus hampir 94 persen,” tambah Awaluddin.
AOCC sendiri dilengkapi modul yakni Airport Operation Database (AODB), Airport Management System (AMS), Resources Management System (RMS), Network Management System (NMS), Airport Security System (ASS), dan Facility Engineering Management System (FEMS).
Modul AODB guna menyimpan data operasi, lalu AMS dan RMS untuk memonitor serta mengendalikan operasional bandara seperti contohnya mengatur sumber daya seperti parking stands, boarding gate, dan check in counter.
Sementara itu, NMS menampilkan kinerja jaringan dan perangkat teknologi informasi dalam mengelola serta mendistribusikan data operasi ke sejumlah stakeholder, dan FEMS berfungsi untuk memonitor, mengendalikan dan mengelola kehandalan fasilitas-fasilitas utama bandara.
“Kami sangat yakin jika proyek runway ketiga dan east cross taxiway sudah selesai, maka jumlah penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta akan semakin meningkat dan diiringi dengan tingkat OTP yang semakin tinggi,” pungkas Awaluddin.