Apa Kabar Program Kelistrikan 35 Ribu MW?

Hingga Kuartal I 2019, pemerataan kelistrikan atau rasio elektrifikasi sudah melebihi target.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Apr 2019, 16:43 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2019, 16:43 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera berkapasitas 2x20 Mega Watt (MW). (Agustina Melani/Liputan6.com)
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera berkapasitas 2x20 Mega Watt (MW). (Agustina Melani/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong program pembangunan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW).

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menjelaskan mengenai realisasi program 35 ribu MW. Untuk pembangkit listrik hingga kuartal I 2019 sudah beroperasi 3.467 MW. Sedangkan yang dalam tahap konstruksi di angka 20.126 MW.

"Untuk lainnya masih dalam tahap perencanaan dan lelang," kata Ego, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu (27/4/2019).

Ego pun mengharapkan, pada 2024 atau 2025 target kelistrikan 35 ribu MW bisa tercapai 100 persen sehingga pemerataan kelistrikan dapat rasakan oleh seluruh masyarakat.

"Setiap orang membutuhkan listrik. Listrik dianggap bisa mengubah peradaban. Terkait infrastruktur, yang pertama tugas kita adalah penyediaan listrik," tuturnya.

Hingga Kuartal I 2019, pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) sudah melebihi target. Capaian rasio elektrifikasi secara nasional adalah 98,5 persen, di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2018 sebesar 97,5 persen.

"Capaian rasio elektrifikasi saat ini 98,5 persen telah melampaui target. Namun, masih ada sekitar 1,2 juta rumah tangga yang belum memperoleh listrik. Target kami tahun ini adalah mewujudkan rasio elektrifikasi hingga 99,9 persen," tuturnya.

Menurut Ego, dengan prinsip energi berkeadilan, Kementerian ESDM terus berupaya menyediakan energi ke seluruh pelosok nusantara, tantangannya tak hanya menyediakan energi secara merata tapi juga dengan harga yang harus terjangkau. Pembangunan infrastrukur dan program pro rakyat, itu yang dipercepat dan diperluas.

"Tantangannya adalah bagaimana cara menyediakan energi secara merata ke seluruh pelosok negeri, tetapi dengan harga yang terjangkau. Dengan meratanya energi hingga ke lokasi-lokasi terpencil, akan mendorong pertumbuhan lapangan pekerjaan, perekonomian, dan investasi serta kehidupan masyarakat yang lebih produktif," tandasnya.

Menteri ESDM Targetkan 3.000 MW Pembangkit Listrik Rampung 2019

20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Suasana pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3/2016). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Menteri ESDM, Ignasius Jonan menargetkan, sekitar 3.000 Mega Watt (MW) proyek pembangkit listrik baru yang akan selesai dan beroperasi (commercial operation date/COD) pada 2019.

Dia mengatakan, target itu sejalan dengan program proyek 35 ribu Mega Watt (MW) penyediaan listrik di seluruh Indonesia yang rencana rampung 2026.

"Program 35 ribu MW itu adalah program peningkatan kapasitas pembangkit yang akan kita selesaikan kira-kira sampai 2026. Tergantung dari prediksi pertumbuhan ekonomi yang dikonversikan menjadi prediksi permintaan tambahan tenaga listrik," urai dia di Cilacap, Jawa Tengah, pada Senin 25 Rebruari 2019. 

Pada 2019, dia menambahkan, bakal ada tambahan antara 2.500 sampai 3 ribu MW pembangkit baru yang mau dioperasikan. Adapun Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam waktu dekat ini baru saja meresmikan PLTU Cilacap Ekspansi Tahap I yang memiliki kapasitas 1x660 MW.

Sedangkan dalam waktu dekat, akan ada satu pembangkit listrik lain di wilayah sama yang bakal segera dioperasikan, yakni PLTU Cilacap Ekspansi Tahap II dengan kapasitas 1x1.000 MW.

"Tahun ini kira-kira ada sekitar 2.500-3 ribu MW (pembangkit baru). Salah satunya PLTU yang 1.000 MW ini," tutur dia.

Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero) Amir Rosidin meneruskan, akan ada dua PLTU lainnya di Banten yang direncanakan beroperasi 2019, yaitu PLTU Jawa 7 dan PLTU Lontar.

"Selain yang akan operasi di Cilacap, kemudian di Jawa 7 (2.000 MW) di Banten dan yang di Lontar (450 MW) juga akan operasi di tahun ini," ujar dia.

Pasokan Listrik RI Bertambah 4.000 MW pada 2019

PLTU Lontar
Petugas beraktivitas di pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Lontar unit 4 di Balaraja, Banten, Jumat (29/3/2019). Proyek PLTU Lontar dengan kapasitas 315 MW kini sudah mencapai 86 persen dan rencananya bisa beroperasi pada September 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

PT PLN (Persero) mencatat pasokan listrik Indonesia akan bertambah sebesar 4.000 Mega Watt (MW) pada 2019. Dengan beroperasinya pembangkit bagian dari program 35 ribu Mega Watt (MW).

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman mengatakan, tambahan pasokan listrik sebesar 4 ribu MW, berasal dari pembangkit yang beroperasi pada 2019, di antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar dengan kapasitas 315 Mega Watt (MW).

Kemudian Jawa 7 Unit 1 dan Cilacap Unit 1 dengan total kepasitas ‎2300 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tanjung Priok, Grati dan Muara Karang. 

Selain itu, juga ada pembangkit yang menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 780 MW. Terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air‎ (PLTA) Jatiede dan Raja Mandala.

"Kurang lebih 4 ribu. Bagian dari 35 ribu MW, yang besar batu bara," kata Syofvi, di Jakarta, Kamis 21 Februari 2019.

Syofvi menuturkan, jumlah tambahan pasokan listrik dari pembangkit program 35 ribu MW lebih besar pada 2019, dibanding tahun lalu sebesar 2 ribuan MW. Sedangkan total kapasitas pembangkit 35 ribu MW yang telah beroperasi sampai 2018 sekitar 10 ribu MW.

"2000-an lebih. Total empat tahun 2015-2018 sekitar 10 ribu MW tapi size-nya kecil-kecil," tutur dia.

Syofvi menilai, pembangkit listrik tersebut dipercepat pengoperasianya beberapa bulan. Mayoritas pembangkit yang beroperasi terletak di Pulau Jawa. Hal ini untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah tersebut .

‎"Jawa pertumbuhan 2018 jauh lebih dari 2016 bagus sekitar 4 persen lebih, nasional 5,15 itu konsumsi listrik, tahun ini lebih dari 6 persen,"‎ kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya