4 Pembangkit Listrik Diuji Coba Pakai Bahan Bakar Sawit

Penggantian bahan bakar pembangkit listrik dari BBM ke CPO bertujuan untuk menekan impor BBM.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Feb 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2019, 16:00 WIB
20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Ilustrasi pembangkit listrik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) melakukan ujicoba penggantian bahan bakar pada empat pembangkit listrik dengan menggunakan minyak sawit (Crude Palm Oil/CPPO). ‎Hal tersebut merupakan upaya membuat Indonesia lebih berdaulat.

Direktur PLN Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara Djoko Rahardjo Abumanan mengatakan, empat pembangkit yang diujicoba menggunakan bahan bakar CPO merupakan pembangkit cadangan. 

Pembangkit ini hanya digunakan sewaktu beban puncak saja. Bila uji coba berhasil, pemakaian CPO baru akan diterapkan pada pembangkit listrik lain yang beroperasi.

"Itu mesin cadangan, kalau empat itu oke lainnya baru berani. Empat posisi enggak beroperasi,"‎ kata Djoko, di Jakarta, Senin (25/2/2019).

Empat pembangkit yang diujicoba adalah, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Batakan 50 Megawatt (MW) di Balikpapan, Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW dan PLTD Kanaan di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW, dan‎ Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)‎ Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.

Djoko mengungkapkan, penggantian bahan bakar pembangkit dari Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi CPO bertujuan untuk menekan impor BBM. Dampak selanjutnya diharapkan dapat menghemat devisa Indonesia sehingga bisa membuat rupiah lebih stabil.

"Berikutnya tidak mengunakan dolar lagi, kita pakai rupiah tidak tepengaruh dolar, diharapkan rupiah bisa menguat devisa," tutur dia.

Djoko melanjutkan, penggunaan CPO akan memberikan kesempatan penyerapan produksi kelapa sawit petani lokal, serta tidak terpengaruh tekanan luar negeri karena CPO berasal dari dalam negeri.

‎"Bedanya impor saja. Kalau tidak kita beri kesempatan petani, kearifan lokal kita gunakan. Bukan masalah murah tidak murah," dia menandaskan.

 

Pasokan Listrik RI Bertambah 4.000 MW pada 2019

Ilustrasi tarif Listrik Naik
Ilustrasi tarif Listrik Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

PT PLN (Persero) mencatat pasokan listrik Indonesia akan bertambah sebesar 4.000 Mega Watt (MW) pada 2019. Dengan beroperasinya pembangkit bagian dari program 35 ribu Mega Watt (MW).

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman mengatakan, tambahan pasokan listrik sebesar 4 ribu MW, berasal dari pembangkit yang beroperasi pada 2019, di antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar dengan kapasitas 315 Mega Watt (MW).

Kemudian Jawa 7 Unit 1 dan Cilacap Unit 1 dengan total kepasitas ‎2300 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tanjung Priok, Grati dan Muara Karang. 

Selain itu, juga ada pembangkit yang menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 780 MW. Terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air‎ (PLTA) Jatiede dan Raja Mandala.

"Kurang lebih 4 ribu. Bagian dari 35 ribu MW, yang besar batu bara," kata Syofvi, di Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Syofvi menuturkan, jumlah tambahan pasokan listrik dari pembangkit program 35 ribu MW lebih besar pada 2019, dibanding tahun lalu sebesar 2 ribuan MW. Sedangkan total kapasitas pembangkit 35 ribu MW yang telah beroperasi sampai 2018 sekitar 10 ribu MW.

"2000-an lebih. Total empat tahun 2015-2018 sekitar 10 ribu MW tapi size-nya kecil-kecil," tutur dia.

Syofvi menilai, pembangkit listrik tersebut dipercepat pengoperasianya beberapa bulan. Mayoritas pembangkit yang beroperasi terletak di Pulau Jawa. Hal ini untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah tersebut .

‎"Jawa pertumbuhan 2018 jauh lebih dari 2016 bagus sekitar 4 persen lebih, nasional 5,15 itu konsumsi listrik, tahun ini lebih dari 6 persen,"‎ kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya